Bagian 6

4.1K 662 56
                                    

Siapa yang nunggu ini? Jangan lupa di vote & komennya ya kawan biar aku semangat✌️



















Renjun terdiam di depan gedung fakultas nya. Mengeratkan pegangan pada tali ransel cokelat miliknya. Menarik nafas dalam, sebelum perlahan ia hembuskan.

Apapun yang terjadi, jikalau ia bertemu Jeno lagi, ia tak boleh lengah, ia tak boleh lemah. Renjun sudah bertekad untuk membunuh dirinya yang dulu beserta segala rasa cinta, rasa iba, dan sifatnya yang mudah luluh. Tidak akan ada kesempatan bagi segala kemungkinan rasa sakit yang berpotensi menyakitinya.

Perlahan ia berjalan masuk untuk segera menuju kelas, karena mata kuliah akan di mulai sebentar lagi. Ia masih ceria seperti biasanya, senyumnya mengembang ramah pada siapapun yang ditemuinya. Ya, ia masih seperti biasa meski di balik sikap manisnya, ada luka yang tersembunyi dengan apik.

“Ku pikir sudah saatnya kita menyingkirkan Renjun. Dia tidak ada gunanya, dia lebih sering menolak ajakan kita sekarang. Apa mungkin dia sudah sadar sekarang bahwa kita memanfaatkannya?”

Renjun seketika menghentikan langkahnya untuk masuk ke dalam ruang kelas, kala mendengar suara Siyeon yang berbicara mengenai dirinya.

“Kita masih membutuhkannya untuk jalan-jalan. Ingat, ayahnya itu pengusaha kaya raya. Akan mudah untuk kita mengeruk hartanya, jika Renjun masih di samping kita. Dan lagi, Renjun itu putra tunggal” timpal Nancy.

Renjun tersenyum getir mendengar percakapan orang-orang yang dulu ia anggap sebagai teman-temannya. Ya, sudah tidak heran jika memang kenyataannya mereka hanya memanfaatkan Renjun saja. Kali ini Renjun tidak akan diam lagi. Tidak akan Renjun biarkan mereka mencampakkannya, justru sebaliknya, ia yang akan membuang mereka semua.

“Renjun? Sedang apa kau di sini?” tanya Haechan yang aneh melihat tingkah Renjun. Mendengar suara Haechan, Renjun lantas menarik Haechan mendekat, lalu memberikan gestur ‘jangan berisik’ dengan satu telunjuk ia dekatkan pada bibir.

Setelah menelisik ulang Haechan mengerti mengapa Renjun memintanya diam. Ternyata Siyeon, Nancy, dan kawan-kawannya sedang membicarakan Renjun. “Yak! Untuk apa kau diam di sini, lebih baik masuk sekarang. Kau bisa lebih dulu membuang mereka, sebelum mereka yang mencampakkan mu” ucap Haechan.

“Aku tauu... Aku sedang menunggu momen tepat” ujar Renjun sembari berbisik.

“Apa yang kau tunggu bodoh! Ayo, biar ku tunjukan”

Setelahnya Haechan benar-benar menarik Renjun, lalu merangkul yang lebih kecil. Ia berjalan masuk dengan pongahnya. “Renjun–ah, pulang nanti ayo kita buat cake di rumah Ibuku? Kau mau kan?” Haechan sengaja bicara dengan lantang, untuk menyadarkan beberapa orang di sana.

Melihat itu, Siyeon, Nancy dan kawan-kawannya menengok ke arah Renjun, dan Haechan. Mereka cukup terkejut melihat kedekatan keduanya. Sejak kapan Haechan dengan Renjun dekat?

“Oh Renjun, hai!” sapa Beomgyu. “Ya, hai” balas Renjun seadanya. 

Beomgyu bergeser memberi jalan untuk Renjun, karena biasanya Renjun akan duduk di sampingnya. Namun hari ini nampaknya berbeda, Renjun mengikuti Haechan, dan duduk di samping pemuda itu. Mereka semua tampak heran dengan tingkah Renjun.

“Yak Renjun! Apa sekarang kau bergabung dengan orang-orang aneh itu?” ucap Sunoo sembari tertawa remeh melihat Haechan dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

“Siapa yang kau sebut orang aneh, brengsek?” Chenle yang baru saja tiba langsung menyahuti ucapan Sunoo.

“Tentu saja kau dan kawan-kawan mu”

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang