Bagian 16

4.5K 550 88
                                    

Jangan lupa vote, dan komennya kawan.
Berisikan scene dewasa 21+ adek-adek silahkan mundur dulu ya. 🔞























Tawa semakin sering menguar dari bilahnya. Senyum manis menambah keelokan pada paras ayunya. Tak ada lagi tangis yang dulu sering menemani hari-hari kelamnya. Lega, karena bahagia kini lebih mendominasi.

Renjun sudah tak lagi malu menunjukkan perhatiannya. Begitupun Jeno yang semakin terang-terangan untuk memberikan segala afeksi demi menyalurkan cinta kasihnya. Keduanya hanyut dalam dawai mabuk asmara.

Roda kehidupan terus berputar. Sendu tak selamanya singgah, begitupun dengan harsa. Hanya saja Renjun, dan Jeno ingin menikmati masa-masa ini. Memutuskan untuk meromantisasi setiap sesi yang semesta berikan pada mereka. Baik itu membawa lara, ataupun hantarkan bahagia.

Segala bentuk perpisahan tak lagi ada dalam benak keduanya. Kini sepasang insan itu menyadari bahwa ketakutan terbesar masing-masing adalah kehilangan. Maka yang kini dilakukan adalah segala cara demi saling mempertahankan.

“Tubuhmu hangat”

Bisik Jeno tepat di belakang tengkuk Renjun. Nafas menderu milik Alpha dominan itu menyentuh leher si manis, membuat Renjun meremang, dan rasa menggelitik di sana.

Renjun terpejam rasakan peluk tubuh Jeno yang semakin erat. Ia sudah tak khawatir lagi kala Jeno mendekapnya kuat. Luka-luka pada tubuh dominannya sudah pulih dengan cepat, bahkan dalam waktu yang sangat singkat.

“Itu karena kau terus memelukku, membuat tubuh ku terasa hangat” balas Renjun.

Jeno lebih sering datang, dan menginap di rumah nenek Renjun. Meski Renjun ingin berkunjung ke kediaman Alpha itu, Jeno jarang membawa si manis ke tempatnya seperti beberapa waktu lalu. Akan sangat bahaya jika Renjun sering datang ke sana, karena keluarga kakeknya pasti akan mengendus keberadaan si Aries.

Renjun dipeluk erat dari belakang. Kini keduanya menikmati angin yang bertiup lembut menyapa tubuh yang merekat itu. “Aku suka memeluk tubuh mu, sangat pas berada dalam rengkuhan ku”

Renjun lantas berbalik begitu mendengar ucapan Jeno. Irisnya berpendar menatap wajah tampan lelakinya. “Lalu aku suka berada dalam pelukan mu. Membuatku nyaman, dan aku merasa aman”

Jeno meringis dalam hati mendengar dua kata terakhir yang Renjun ucapkan. Ia tak bisa tutupi kenyataan bahwa sewaktu-waktu bahkan bersama Jeno, Renjun bisa saja terluka. Ada bahaya yang mengintai keduanya.

“Kenapa diam? Kau tidak merasakan hal yang sama?” tanya Renjun pada Alpha di hadapannya. “Tentu, aku merasakannya juga. Itu sebabnya aku senang berada di sampingmu” balas Jeno walau dengan kebohongan. Ia bahkan tak yakin Renjun akan baik-baik saja berada di sampingnya. Jeno kembali membalik tubuh Renjun, dan memeluk tubuhnya lagi dari belakang.

“Aku selalu membayangkan saat kita sudah hidup bersama. Kau, dan aku juga bayi kecil kita yang lucu.”

Jeno memejamkan matanya dengan dagu yang bersandar pada pundak sempit Renjun. Asyik mendengarkan Renjun bercerita tentang angannya, yang juga menjadi angan Jeno.

“Setiap hari aku akan menggoda mu, lalu saat kau terpancing aku akan pergi melarikan diri” Jeno terkekeh mendengar ucapan Renjun, sebelum ia menanggapi cerita kekasih mungilnya. “Kenapa begitu? Kenapa harus melarikan diri?” tanya Jeno.

“Aku senang saja saat melihatmu harus berusaha untuk mendapatkan ku” jawab Renjun.

“Begitu? Itu sebabnya kau menahan ku terlalu lama, membuat aku berjuang keras selama ini, hm?” Renjun menggeleng menjawab pertanyaan lelakinya. “Tidak. Itu memang bayaran yang pas untuk perilaku mu” tukas Renjun sembari melepas dekapan Jeno.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang