Bagian 23

3.4K 430 81
                                    














Kehidupan pernikahan yang manis, dan menyenangkan. Seperti yang selalu ada dalam benak Renjun selama ini tentu ia dapatkan. Bersama dengan sosok yang dicintainya setiap hari. Renjun tak bisa menyembunyikan betapa bahagianya ia.

Waktu terus bergulir, kehidupan mereka bak pasangan harmonis di setiap detiknya. Cinta tak henti Jeno beri pada sang pujaan hati. Berharap adanya keajaiban bahwa waktu bisa berhenti, agar mereka tak temukan hal menyakiti yang mungkin terjadi di depan sana.

Sayangnya semua kisah manis itu tak bertahan lama. Dua minggu setelah pernikahan, Jeno lebih sering berada di luar, bahkan untuk waktu yang lama. Renjun lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri di rumah. Bahkan terkadang mereka tidak pergi ke Universitas bersama.

Mereka juga tetap tak bisa memperlihatkan bahwa mereka adalah pasangan secara gamblang di hadapan orang-orang, karena khawatir kakek Jeno akan mengetahui hubungan mereka. Kalaupun Jeno, dan Renjun pergi bersama, maka Renjun akan turun lebih dulu dari mobil Jeno, dan tetap berjalan sendiri untuk masuk ke area Universitas mereka.

Renjun mengakui bahwa rasa sepi selalu ada. Namun sedari awal ia memang sudah terbiasa sendiri. Selain itu ketika Jeno kembali pun semua rasa cinta, dan kasih dari sang Suami kembali mengalir tanpa henti. Renjun tahu bahwa ini adalah konsekuensi dari pernikahannya bersama Jeno. Jeno belum bisa lepas sepenuhnya dari sang kakek.

Hari ini semua tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa sudah usai. Renjun harus pulang ke rumah orang tuanya untuk pergi bersama Yuta, dan Jungwoo ke Universitas. Begitupun dengan Jeno yang juga berangkat dari kediaman kedua orang tuanya. Di hari kelulusan pun mereka tidak bisa bersama. Jangan tanya bagaimana perihnya perasaan Renjun maupun Jeno.

“Hari ini pulang ke rumah baba, atau ke apartemen?” tanya Yuta pada Putranya. Sedang yang diberi pertanyaan tak cukup mendengarkan, dan lebih fokus pada kendaraan keluarga Jeno yang melintas di hadapan mereka. “Renjun? Kau mendengar baba?” Yuta menepuk pundak Putranya.

“Ah ya? O–oh, ke ... Mungkin ke apartemen lebih dulu. Ku rasa Jeno akan pulang hari ini” ucap Renjun dengan senyum getirnya, yang sebenarnya tak tahu juga apa Jeno akan kembali atau tidak.

Yuta mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan sang Putra. “Apa selama ini Jeno tak pernah pulang? Apa ia tidak memberi kabar padamu?” tanya Yuta penuh selidik.

Renjun menelan ludahnya gugup. Ia tak pernah mengatakan apapun tentang kehidupan rumah tangganya pada Yuta. Ia tak ingin membuat Yuta berpikir aneh tentang hubungan pernikahannya dengan Jeno.

“Tidak baba, bukan begitu ... Kemarin kan Jeno memang menginap di kediaman orang tuanya. Ia sudah memberitahu ku bahwa setelah ini, keluarga Jeno masih memiliki acara. Jadi aku akan menanyakannya kembali ketika sudah berada di apartemen.”

Mengikuti keinginan Putranya, maka Yuta putuskan untuk mengantar Renjun ke apartemennya bersama Jeno. Meski ia menyadari nampaknya ada beberapa hal yang coba sang Putra tutupi. Untuk saat ini Yuta tak ingin bertanya lebih jauh, dan terlalu ikut campur. Ia hanya berharap semoga benar bahwa rumah tangga Putranya baik-baik saja.

Renjun benar-benar kembali ke kediamannya bersama Jeno. Namun seperti yang ia duga, Jeno masih belum berada di sana. Renjun sudah mengirimkan pesan pada Jeno sebelumnya untuk memberitahukan bahwa ia ada di kediaman mereka. Namun Jeno belum juga membalasnya atau membaca pesan tersebut.

Kecurigaan muncul di benak Renjun, sebenarnya apa yang dilakukan Suaminya itu selama beberapa hari di rumah sang kakek. Apa yang mereka lakukan? Renjun selama ini tak pernah bertanya lebih jauh, tapi ia pikir ini sudah keterlaluan, karena waktunya bersama Jeno benar-benar terkikis.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang