Bagian 5

4.3K 695 89
                                    

Jangan lupa vote & komennya kawan ✌️















Rumah.
Dikala hati terasa begitu lelah, saat dunia begitu gencar menguji kesabaran, dan kala raga sudah jatuh menemukan letihnya, jiwa selalu ingin menemukan tempat untuk bersandar. Tempat berkeluh kesah, menyampaikan segala gundah, atau tempat hanya untuk sekedar melepas lelah. Lalu bagaimana jika pada kenyataannya tempat yang diharapkan bisa memberikan kenyamanan, justru merupakan tempat yang berpotensi menimbulkan luka teramat dalam. Menggiring diri pada kebingungan, hilang arah, dan tak tahu kemana harus melangkah.

Seperti sekarang ini, tepat pada saat Renjun kembali ke rumahnya bersama sang Ayah setelah beberapa hari ini bersama sang nenek, membuatnya justru menyesali langkahnya. Niat hati ingin beristirahat dari segala keletihan diri yang dialami. Namun kenyataan menampar telak di dalam dada, kala begitu kaki menapaki ubin rumah itu, netranya menatap pemandangan yang membuat nafasnya terasa terhimpit, aliran udara yang kian sulit, hingga ia tercekat.

Tawa yang tak pernah ia lihat kala sang Ayah bersama dirinya. Perhatian yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya, kini terpampang nyata di hadapannya, namun sayang tak tertuju pada dirinya. Renjun pikir ada apa ini, drama apalagi yang akan mewarnai kehidupannya.

“Makan yang banyak Karina, baba sengaja belikan ini untukmu”

Renjun menajamkan pendengarannya berharap yang ditangkap telinganya adalah kesalahan. Apa itu? ‘Baba’ sejak kapan Ayahnya memiliki anak lain selain dirinya. Sejak kapan Ayahnya membiarkan orang lain boleh memanggilnya dengan sebutan itu.

“Jangan terlalu memanjakan Karina hyung...” ucap sosok asing lainnya yang baru pertama kali Renjun lihat keberadaannya di rumah itu.

“Kenapa? Karina juga putriku, kenapa aku tidak boleh memanjakan putriku?”

Putri? Apa selama ini alasan mengapa sang Ayah jarang berada di rumah karena memiliki keluarga lain? Jantung Renjun seolah berhenti saat itu juga. Mengingat Renjun selalu disalahkan atas kematian Ibunya, namun kini sang Ayah membawa dua orang asing, dan bertingkah seperti keluarga harmonis di hadapannya. Hati Renjun hancur saat itu juga.

“Putri? K–kau punya keluarga lain ba?” Renjun tak kuasa tetap diam di saat ketidakadilan seolah tengah menghantam kehidupannya.

Semua orang di sana menengok pada Renjun yang kini terdiam, mematung dengan tatapan sulit diartikan. Berbeda dengan dua orang yang nampak terkejut dengan kehadirannya. Yuta justru nampak begitu tenang, bahkan ia berdiri dengan begitu santai, menghampiri Renjun yang bahkan sudah tak tahu bagaimana cara untuk tetap bernafas.

“Renjun, ini Jungwoo mama mu, dan ini Karina adik mu”

Tidak, sejak kapan Renjun memiliki Ibu lain selain mendiang Ibunya yaitu Winwin. Sejak kapan Renjun memiliki adik lain, karena ia merupakan Putra tunggal di keluarga itu. Netra Renjun bergetar tak kuasa dengan kalimat yang terucap dari bilah sayang Ayah.

“Baba memutuskan untuk menikah lagi, dan ya, ini keluarga baru kita”

Renjun tersenyum miris. Tak ada kata maaf dari sang Ayah yang tiba-tiba membawa orang asing dalam kehidupannya, dan bicara bahwa itu adalah Ibu, juga Adik barunya. Hidup Renjun sudah begitu hancur, bagaimana bisa sang Ayah tak pernah mengatakan apapun padanya.

“Kau bahkan tidak memberitahuku” ujar Renjun menatap tajam sorot legam Ayahnya.

“Kau hanya perlu menjalani kehidupan yang saat ini berjalan. Baba tak butuh persetujuan mu, ini sudah keputusan yang baba pikirkan sejak lama”

Mendengar hal itu, Renjun bahkan bisa melihat betapa tak berarti kehadirannya di kehidupan sang Ayah. Lalu apa perannya dalam keluarga ini? Oh, Renjun lupa. Sejak kecil ia memang hanya tinggal dengan sang nenek, dan hanya neneknya yang peduli. Ia memang anak terbuang bagi sang Ayah.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang