Bagian 10

4.6K 657 56
                                    

Jangan lupa vote dan komen kawan ✌️
















Cinta. Sebuah rasa yang punya berjuta warna. Cinta bisa datang, dan pergi dengan mudahnya. Memicu perasaan bahagia, maupun menjadi alasan datangnya derita.

Membuat pair jantung setiap insan berdegup dengan semangat. Menjadi alasan senyum terus mengembang pada hati yang layu. Akar dari harsa pada diri yang dilanda sepi, dan lara.

Cinta memiliki begitu banyak kekuatan yang bisa mengubah manusia. Membuat seseorang yang pendiam menjadi penuh tawa, dan kata. Bahkan bisa sebaliknya, membuat seseorang yang banyak bicara menjadi diam seribu bahasa. Menangis tersedu, amarah menggebu, dan tawa yang tiada hentinya.

Sebuah perasaan sederhana yang setiap ceritanya selalu butuh hal untuk dikorbankan. Entah itu waktu, manusia, atau mungkin kebahagiaan.

Seperti yang Jeno lalui. Perubahan juga ia rasakan kala sesuatu bernama cinta datang mengetuk pintu hatinya. Siapa sangka sosok yang keras sepertinya justru kini bisa berlaku dengan lembutnya. Mengutarakan berbagai kalimat indah dari bibirnya demi menyampaikan isi hatinya. Sosok yang irit bicara, justru kini banyak mengeluarkan kata-kata. Bukankah terbukti bahwa energi cinta sangat besar, dan berpengaruh pada perilaku seseorang.

Perilaku, dan perkataan yang manis kini kerap kali ia utarakan pada sosok yang mengisi hatinya. Tak ada Jeno yang malu atau menahan diri lagi. Alpha itu bergerak dengan penuh keseriusan untuk kembali mendapatkan hati dari sosok tercintanya.

Hari yang cerah dihiasi oleh senyum dahayu yang merekah. Dari kejauhan sepasang jenggala hitam, nan tajam menatap penuh kagum pada sosok yang kini nampak tertawa manis di depan sana. Wajahnya seolah menunjukkan keindahan yang semakin bertambah setiap waktunya. Alpha itu tak pernah merasa bosan menatap sosok yang menjadi favoritnya.

Jeno tersenyum kecil berpikir mungkinkah begini yang dulu Renjun rasakan, ataukah hanya ia yang merasakannya. Ada perasaan meletup-letup di dadanya. Hal itu tak mengganggu, justru menghadirkan harsa pada sang atma. Jeno menyukainya. Menyukai bagaimana ia begitu jatuh pada sosok Renjun saat ini.

Terlihat dari kejauhan, Renjun yang sudah berpisah dengan sosok yang semula mengajak submissive itu bicara. Kini tatap keduanya saling bertemu. Senyuman pada wajah ayu itu berubah tak semerekah sebelumnya, berbeda dengan sang Alpha yang justru semakin terlihat ceria.

Ketika Renjun hendak pergi ke arah lain, dan mengalihkan tatap dari Jeno, dengan segera Jeno berlari menghampirinya. Menahan lengan kanan si manis yang hendak menjauh pergi darinya.

“Pulang dengan ku”

Sebuah nada menggantung yang tak bisa Renjun pahami. Apakah Jeno bertanya, ataukah tengah memberi perintah. "Aku bisa pulang sendiri, lagi pula hari ini aku ingin pergi ke toko buku, tidak langsung pulang ke rumah. Jadi pergilah" ujar si manis, sembari berusaha melepas genggaman Jeno pada pergelangan tangannya.

“Aku akan mengantarmu” imbuh Jeno kembali. “Aku tidak tertarik untuk pergi bersamamu, lagi pula aku terbiasa melakukannya sendiri.” jawab sosok di hadapannya.

“Aku tidak sedang bertanya pendapatmu. Dan lagi... Setelah ada diriku, kenapa harus melakukannya sendiri? Aku di sini untukmu, untuk kau andalkan”

Renjun terdiam sejenak, ia tak langsung bereaksi. Jika Jeno mengatakannya dulu mungkin ia akan lebih bahagia. Ya meski nyatanya, kalimat dari Pria itu mampu membuat jantungnya berdegup kencang. Hanya saja ada dinding besar yang kini berada di hatinya. Bisakah ia mencintai Jeno seperti sebelumnya. Renjun pun tak tahu jawabannya.

Akhirnya Jeno menarik tangannya, dan Renjun hanya mengikuti langkah dominan itu. Renjun menatap jemarinya yang kini perlahan bertaut dengan milik Jeno. Lelaki April itu menggenggam lengannya begitu erat.

VIAGGIO D'AMORE - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang