1. Tulip kuning dan berjuta-juta air mata

391 246 627
                                    

Chapter 1
🌻 Tulip kuning dan berjuta-juta air mata🌻

Caramel mengerjapkan mata, merasakan sesuatu membebani matanya. Seekor burung blue jay bertengger di sampingnya. Badannya yang sangat besar membuat bulu-bulu di sayapnya mengenai mata Caramel.

"Nila?" Caramel membuka mata lebar-lebar dan memastikan lagi bahwa itu benar-benar burungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nila?" Caramel membuka mata lebar-lebar dan memastikan lagi bahwa itu benar-benar burungnya. "Nila!" ia memeluk tubuh Nila.

Nila berkicau dengan senang.

Nila adalah burung blue jay milik keluarga Caramel. Ukurannya lebih besar daripada ukuran rata-rata burung blue jay lainnya, hingga terkadang, kalau sedang dibutuhkan, Nila dipakai untuk dikendarai. Biasanya pada hari-hari tertentu ketika Caramel butuh pengalihan, ia terbang menaiki Nila menuju puncak gunung dan duduk di batang pohon besar sambil bicara tentang hari itu sementara matahari perlahan-lahan turun dan malam pun menampakkan dirinya.

Caramel duduk di kasur. Ia memandang Nila dengan bahagia, namun dalam sekejap ia kembali murung. Nila menelengkan kepalanya seolah bertanya-tanya.

"Kau sudah mendengar berita tentang ayahku?" Caramel bertanya dengan nada pelan dan lesu.

Nila mengingatkan Caramel akan ayahnya. Nila tidak akan berada di sini kalau bukan karena ayahnya. Saat itu usia Caramel baru mencapai 10 tahun, ayahnya mendapatkan kabar kalau seekor burung tersangkut di balik pohon yang tumbang, saat diselamatkan, sayapnya hampir patah dan tubuhnya penuh luka-luka. Ayah membantu mengangkat Nila ke dalam sebuah truk besar yang dibawa oleh seekor tupai, lalu mereka mengantarkannya ke rumah sakit. Setelah hampir sembuh, Nila dirawat oleh ayahnya. Dan sejak saat itu, Nila menjadi kawan baik Caramel.

Seakan bisa mengerti, Nila menunduk dan berkicau dengan sedih. Caramel mengelus sayap biru keunguan Nila dan membayangkan apa jadinya dia tanpa ayahnya.

Tanpa disadari air mata menetes membasahi pipi Caramel. Hangat dan lengket dan pedih. Mata coklat tua milik Caramel menggelap dalam kesedihan yang begitu dalam. Kenangan akan ayahnya menghampirinya, membuat Caramel merasa sakit hingga tangannya bergetar ketika ia mengelap air matanya sebelum seseorang dapat melihatnya menangis.

Siangnya Caramel bersiap-siap di kamar. Ia memakai pakaian terbaiknya. Ia mengenakan kemeja putih, rok merah dari kelopak bunga mawar, dan sepatu putih bersih mengkilap yang didapatkannya dari ayahnya. Ayah membuat sepatu itu sendiri. Dibuatnya dari tulip putih, karena tulip adalah bunga favorit Caramel dan Ayah.

Di ruang tamu, Ibu sudah menunggu Caramel ditemani Nila.

Caramel berjalan mendekati Ibu dengan kuyu. Dia tidak punya semangat untuk keluar rumah. Tiba-tiba Ibu memeluknya dan mengusap punggungnya. Caramel dapat merasakan Ibu menahan air mata karena pipinya panas dan bibirnya bergetar di atas bahu Caramel. Ibu menenangkan Caramel dengan lembut, dan Caramel menghargai Ibu untuk itu, tapi ia baru tersadar bahwa mungkin yang lebih butuh ditenangkan adalah Ibu. Dan Caramel menyesal karena tak bisa memberikan itu.

As Sweet As Caramel Where stories live. Discover now