19. Caramel, Marvin, dan hal-hal yang tidak terkatakan

124 79 521
                                    

Chapter 19
🌻Caramel, Marvin, dan hal-hal yang tidak terkatakan🌻

Kebahagiaan Caramel tercipta dari hal-hal sederhana seperti keharmonisan keluarga, mekarnya bunga lili, dan lakunya toko bakery. Dan, kali ini yang menjadi alasan utama mengapa senyumnya tampak begitu lebar adalah karena yang ketiga.

Caramel’s Sweet Bakery ramai sejak pagi. Caramel dan Stone menjadi kewalahan karena tidak menyangka akan kedatangan banyak pelanggan. Saat hari mulai siang, makanan bersihir sudah habis semua. Caramel memutuskan untuk mengambil waktu istirahat dan mulai membuat makanan baru bersama Petunia.

Selain itu, yang membuat Caramel merasa sedikit lebih semangat adalah karena janjinya dengan Marvin Pine. Meskipun membuka bakery sangatlah menyenangkan, tapi Caramel tak sabar ingin matahari cepat-cepat turun dan hari berubah menjadi sore. Awalnya dia tak ingin mengakuinya, tapi bepergian dengan Marvin kedengaran seperti ide yang bagus. Namun, bagaimanapun juga, Caramel masih belum sepenuhnya memaafkan Marvin. Lelaki itu kelihatan begitu tulus saat meminta maaf, tapi Caramel enggan memaafkannya cuma-cuma. Permintaan maaf Marvin yang singkat itu belum cukup untuk menutupi segala kekurangannya.

Ketika Caramel masuk ke rumah Nenek, berita yang ditayangkan di televisi mencuri perhatiannya, dan dalam sekejap perasaan Caramel berubah warna menjadi lebih gelap dan suram.

Seorang pembawa berita mengatakan, “Felicity dan Minerva kini telah berada di bawah kekuasaan Zephyr. Sejak pagi tadi, Zephyr sudah mengubah beberapa peraturan. Harga bahan pokok, kendaraan umum, dan pajak dinaikkan menjadi tiga kali lipat.” Kemudian, gambar di televisi menghadirkan beberapa foto para warga yang tengah berdemo. “Zephyr mengeluarkan perintah bahwa siapa saja yang berani menentangnya, dia akan dipenjara.”

Caramel bergidik oleh rasa ngeri yang terlampau besar. Beberapa waktu yang lalu Zephyr mengambil alih Napoleon City. Sekarang pria bejat itu sudah menguasai Felicity dan Minerva juga. Kalau begitu, tidak lama lagi Cassiopeia akan menjadi miliknya.

Baru saja Caramel merasakan kebahagiaan yang sudah lama tidak ia rasakan. Kini, perasaan yang semulanya membuncah itu tergantikan oleh kekhawatiran dan gundah gulana yang terasa begitu pekat hingga memenuhi dadanya.

Caramel tak boleh membiarkan Ibu yang tinggal di Cassiopeia terkena efek buruk dari sistem jahat ini. Dia harus melakukan sesuatu.

“Caramel? Apa kau baik-baik saja?” tanya Petunia yang kebetulan sedang terbang di ruang keluarga. “Stone bilang kau butuh bantuanku lagi. Tapi aku malah menemukanmu di sini sedang melamun.”

Tidak memedulikan perkataan Petunia, Caramel malah bertanya, “Nenek di mana?”

Petunia mengerutkan keningnya kebingungan. “Di kamar.”

Tanpa berlama-lama, Caramel langsung memasuki kamar Nenek.

Nenek yang sedang duduk di ujung kasur terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Caramel.

Caramel mendekati Nenek dengan terburu-buru. “Aku harus kembali ke Cassiopeia.”

Kalimat itu membuat Nenek sontak bangkit dari kasurnya. “Ada apa, Caramel?”

Dalam satu tarikan napas yang panjang, Caramel berujar, “Ibu tidak akan baik-baik saja sendirian. Aku harus menemaninya. Aku tidak mungkin membiarkan Ibu kenapa-napa.”

Nenek memegangi bahu Caramel, berusaha memberinya ketenangan. “Tenang dulu. Kamu harus ceritakan dari awal. Apa yang membuatmu ingin pulang ke Cassiopeia?”

Benar juga kata Nenek. Kecemasan Caramel yang sudah menguasai tubuhnya membuatnya sulit untuk mengontrol diri. Caramel menarik napas panjang dan akhirnya berkata, “Zephyr telah mengambil alih Felicity dan Minerva. Aku yakin tidak lama lagi dia akan merebut Cassiopeia juga.” Setelah itu Caramel menceritakan seluruh kejahatan yang dilakukan oleh Zephyr.

As Sweet As Caramel Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz