4. Caramel Celestia putri Fiorello Sebastian

271 201 618
                                    

Chapter 4
🌻 Caramel Celestia putri Fiorello Sebastian🌻

Jika menatap untuk satu detik, Arcadia terasa seperti sebuah desa biasa. Jalanan belum diaspal, tanahlah tempat mereka berpijak, meski itu adalah tanah yang keras dan cukup kuat menahan air. Saat masuk, ada pos penjaga yang terbuat dari batang kayu. Jalan terus dan kau akan menemukan jembatan dengan bunga wisteria ungu menghiasi pegangannya. Ada sungai kecil di bawahnya. Arusnya lumayan deras, jadi berhati-hatilah!

Namun, bila kau membuka mata dan memperhatikan sekelilingmu dengan baik-baik, Arcadia bukanlah desa biasa. Tidak seperti perkotaan, di mana gedung-gedung menjulang tinggi, teknologi mulai canggih, dan pemukiman warga yang padat penduduk. Di Arcadia, semua tempat tinggal didapat langsung dari alam, ada yang tinggal di dalam semak-semak, pohon, dan juga jamur-jamur berwarna-warni; di sini teknologi belum sepenuhnya canggih, semua fasilitas dibantu oleh sihir; tidak mungkin terjadi yang namanya overpopulasi di sini, karena orang luar sulit untuk masuk, dan jika ingin tinggal mereka harus melalui proses yang sangat panjang; dan yang paling berbeda adalah, manusia dan hewan-hewan hidup berdampingan, dan kau bisa melihat betapa banyaknya hewan di sini. Burung-burung terbang dengan bebas di atas Arcadia, ibu bebek bermain dengan anak-anaknya, seekor ular sawah mendesis saat hampir terinjak orang. Dan juga, mereka dapat berbicara! Seaneh apa pun kedengarannya, itulah kenyataannya.

Tapi, bagaimana Caramel bisa menikmati kenyataan yang indah ini jika ada sebuah ujung tombak yang siap menerkam lehernya? Satu gerakan ceroboh dan Caramel akan mati karena leher yang terkoyak.

“Cepat katakan!” kata laki-laki si pemegang tombak itu. “Siapa dirimu?!” matanya yang berwarna biru safir menyorot tajam, menyimpulkan hal yang tidak-tidak.

Entah mengapa, seberapa keras suara lelaki itu, Caramel dapat merasakan bahwa dia hanya menggertak. Tatapannya mungkin tajam, tetapi tangannya bergetar saat memegang tombak itu. Caramel menduga, lelaki ini tak punya keberanian yang besar untuk melukainya.

Caramel ingin menjawab dan menjelaskan maksud kedatangannya kemari. Namun, seorang perempuan datang mendekat.

“Astaga!” kata perempuan itu. “Marvin, apa yang kau lakukan?”

Si lelaki yang dipanggil Marvin itu melirik-lirik teman perempuannya. “Feather, jangan ke sini.”

Perempuan yang bernama Feather itu terlihat panik. “Siapa dia?” Feather menuding pada Caramel. “Dan kenapa dia berbuat kekacauan? Tak pernah ada kekacauan di Arcadia sebelumnya.”

“Aku bisa jelaskan,” kata Caramel.

Marvin dan Feather melihat Caramel dengan tatapan bertanya-tanya.

“Namaku Caramel,” ucapnya. “Aku datang ke sini karena ayahku.”

“Siapa ayahmu?” tanya Marvin dengan suara yang tinggi dan penuh tuduhan.

“Fiorello. Apakah kau mengenalnya?”

Marvin terlihat berpikir untuk sejenak, lalu ia menggeleng. “Aku tak mengenal seorang Fiorello, dasar pembohong!”

“Tapi itu benar. Aku Caramel Celestia putri Fiorello Sebastian.” Suara Caramel bergetar saat ujung tombak itu memantulkan cahaya, membuatnya menyadari betapa bahayanya posisinya saat ini.

“Jangan berbohong!” Marvin hampir menekan tombak itu saat seseorang memberhentikannya.

“Berhenti!” lelaki itu tinggi besar, penuh wibawa dengan garis-garis wajah yang tegas dan rahang yang tajam; pakaiannya sama persis dengan si Marvin ini, tetapi perawakannya yang berotot membuatnya terlihat memiliki lebih banyak kekuasaan. Atau mungkin, dia memang memiliki lebih banyak kekuasaan, karena ketika dia mengucapkan satu kata yang singkat itu, Marvin langsung menurunkan tombaknya.

As Sweet As Caramel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang