5. Caramel, gadis bermata ungu, dan cahaya terbang

262 188 602
                                    

Chapter 5
🌻 Caramel, gadis bermata ungu, dan cahaya terbang 🌻

Sore itu Caramel duduk di belakang rumah Nenek. Perkebunan luas terhampar di hadapannya, hijau dan sedikit mengintimidasi. Ada kebun teh dan kebun strawberry.

Hawa dingin mengelilingi Caramel, membuat kulitnya menggelenyar saat ia berjalan-jalan sambil mengamati lingkungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hawa dingin mengelilingi Caramel, membuat kulitnya menggelenyar saat ia berjalan-jalan sambil mengamati lingkungan. Bunyi gemerisik dedaunan terdengar indah di telinga, bagaikan alunan musik yang menenangkan dan penuh nostalgia.

Caramel memeluk diri karena kedinginan.

“Di sini memang dingin,” kata seseorang.

Caramel menoleh, tetapi tak menemukan si pemilik suara itu. Ia melihat sekitar dan tetap tak dapat mengetahui siapa yang bicara tadi. Pasti itu sebuah halusinasi yang dihasilkan karena udara yang begitu dingin ini.

“Kenapa tidak pakai jaket saja?” tanya suara itu lagi.

Caramel tergelak. Ia mencari-cari dari mana asalnya suara itu. Namun, lagi-lagi tak menemukannya. Apa di sini ada arwah nenek moyang?  Caramel menggeleng, mengusir rasa takut yang mencengkeramnya.

“Siapa itu? Cepat keluar.” Caramel melirik-lirik sekitar untuk mencari suatu benda yang bisa dipakai melawan jika ternyata yang bersuara dari tadi adalah orang jahat.

Hening untuk sesaat, lalu terdengar suara dedaunan dan langkah kaki seseorang. “Maaf.”

Caramel menoleh dan melihat seorang gadis berkulit putih pucat, dengan warna rambut yang juga sama pucatnya. Tapi pipinya memerah saat ia berkata, “Tadi itu bukan aku yang bicara. Tapi Lilia. Dia memang suka jahil.”

Caramel melihat ke kanan-kiri gadis ini untuk mencari si Lilia yang namanya disebut-sebut itu, tapi dia tak melihat siapa pun kecuali gadis pucat di hadapannya ini.

“Oh, maaf ketidakpekaanku ini. Kau pasti cucu Nenek Ingrid. Kau tak tahu banyak soal Arcadia, ya?” gadis itu mendekat, menatap Caramel dengan matanya yang berwarna ungu. “Kenalkan, aku Aveline Bellerose putri August Williams.”

Caramel ragu untuk sesaat, namun pemikiran bahwa gadis ini mengenal Nenek sedikit membuatnya lega. “Aku Caramel Celestia putri Fiorello Sebastian.”

Aveline langsung memeluk Caramel dengan antusias. “Senang berkenalan denganmu, Caramel cucunya Nenek Ingrid. Aku tahu kau datang ke sini dari Nenek Ingrid. Aku bekerja untuknya di kebun ini.”

Caramel sedikit terkejut dengan energi ceria yang Aveline pancarkan. Apakah mungkin semua penduduk Arcadia seperti ini? Tentu saja kecuali Marvin Pine yang cuek dan suka menuduh.

“Kerja bersama Foster dan Elowyn?” tanya Caramel, mengingat jawaban Nenek tadi siang.

Aveline mengangguk semangat. “Dan juga hewan-hewan lain.”

As Sweet As Caramel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang