22. Kencan pertama yang menegangkan

87 32 320
                                    

Chapter 22
🌻Kencan pertama yang menegangkan🌻

Caramel curiga cuaca hari ini mengikuti suasana hatinya: berbunga-bunga.

Mungkin ini efek samping dari kejadian semalam, mungkin juga tidak. Tapi, alam terlihat jauh lebih indah di matanya. Udara terasa lebih segar, langit tampak lebih biru. Bahkan, bunga lili yang baru mekar harumnya bisa ia hirup dari jarak jauh.

“Apakah aku saja atau Arcadia terasa lebih magis dari biasanya?” tanya Caramel pada Ibu. Tangannya terus bergandengan pada tangan Ibu saat mereka berjalan memutari taman bermain di Arcadia.

Pagi ini Caramel berniat untuk mengajak Ibu jalan-jalan di sekitar Arcadia, jadi untuk sementara dia menutup toko bakery-nya.

“Arcadia memang sangat magis,” kata Ibu. “Tapi, sepertinya yang membuatmu menjadi seperti ini bukan hanya karena Arcadia.” Ibu menyengir penuh godaan.

“Ah, Ibu....” Caramel mengerucutkan bibir dan menempelkan tubuhnya lebih dekat ke Ibu. Sudah lama Caramel tak bersikap seperti anak kecil pada sang ibu.

“Ibu sudah bilang kan, si Marvin itu menyukaimu.” Ibu tersenyum.

“Stone juga bilang begitu.”

“Semua orang menyadarinya, hanya kamu saja yang telat sadar.” Ibu tertawa.

“Ibu bicaranya pelan-pelan saja, nanti orang-orang dengar.” Caramel tersenyum ramah pada warga yang sedang berpapasan dengannya.

Setelah Marvin mengutarakan perasaannya pada Caramel, ia langsung memberitahu sang ibu. Caramel rasa ibulah orang pertama yang harus dikabari. Kalau ada Ayah, Caramel juga pasti akan memberitahunya. Caramel sangat merindukan Ayah. Ia harap Ayah bisa berada di sisinya sekarang, dan alih-alih hanya berjalan berdua, mereka bisa berjalan bergandengan tangan bertiga seperti keluarga cemara yang utuh.

Kalau Ayah tahu soal ini, Caramel tebak pada awalnya Ayah pasti tak menyukai Marvin karena gaya lelaki itu yang terkesan dingin dan cuek. Tapi, kalau Ayah mengenalnya lebih dalam, pasti ia menyukai lelaki itu. Caramel ingin sekali orangtuanya menyayangi Marvin sebesar ia menyayangi lelaki itu.

Caramel bersyukur Ibu menyukai Marvin. Bahkan, Ibulah yang memberikan Caramel saran untuk segera berkencan dengan lelaki itu. Ibu juga memberitahunya untuk jangan lupa memakai pakaian yang bagus dan berdandan cantik.

Setelah selesai berjalan di taman, Caramel dan Ibu melewati sungai untuk mampir ke villa para peri. Ibu belum ingin memiliki peri sendiri karena ia hanya di Arcadia untuk sementara. Villa para peri masih sama indahnya seperti terakhir kali Caramel kunjungi. Ibu tak bisa berhenti memandangi dan meneliti satu-persatu rumah mini mereka. Selain ke sana, Caramel dan Ibu juga ke danau kesaktian dan melihat para peri yang sedang melatih kekuatan mereka. Di sana, ia bertemu dengan Rocky dan perinya, Embun.

Rocky memperkenalkan dirinya dan perinya pada Ibu Caramel.

“Kekuatanmu apa, Embun?” tanya Caramel.

“Aku mampu mengontrol alam,” kata Embun malu-malu.

“Keren sekali,” kata Caramel dan Ibu bersamaan.

“Tapi, aku belum sepenuhnya bisa. Aku masih harus sering-sering latihan.”

“Makanya aku mengajak Embun untuk latihan,” kata Rocky.

Mata Caramel menangkap seorang peri yang familier. Peri itu keluar dari air dan rambutnya berwarna biru. Itu peri yang sama seperti yang telah menginterupsi pembicaraannya dengan Marvin saat di danau beberapa waktu yang lalu. Itu Banyu, perinya Feather.

As Sweet As Caramel Where stories live. Discover now