14. Teh mimpi kebahagiaan

157 108 580
                                    

Chapter 14
🌻Teh mimpi kebahagiaan 🌻

Pohon itu jauh lebih kecil dari pohon rumah Pak Javon Pine dan pohon apartemen Aveline. Di depannya terdapat tangga pendek yang mengantarkan mereka sampai ke sebuah pintu merah berbentuk bundar yang terletak tepat di badan pohon itu.

 Di depannya terdapat tangga pendek yang mengantarkan mereka sampai ke sebuah pintu merah berbentuk bundar yang terletak tepat di badan pohon itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Pintu diketuk beberapa kali oleh Lilia.

“Siapa itu?” tanya suara dari dalam. Halus dan sedikit bergetar, sudah pasti Foster.

“Aku datang untuk merampok rumahmu. Hahaha!” Lilia mengubah suaranya menjadi dalam dan berat.

Pintu berderit membuka, menampilkan kelinci gendut dengan bulu putih gading yang tebal. Foster tertawa terbahak-bahak saat melihat Lilia, lalu ia menyadari keberadaan Caramel dan Aveline. “Eh? Aku tak ingat Lilia bilang kalian mau datang juga.”

“Memang tidak, Caramel dan Aveline mendadak mau ke sini,” kata Lilia.

“Kenapa?”

“Kudengar kau ingin merapikan rumah. Aku mau membantumu,” ujar Caramel.

“Bagus sekali, ayo masuk.”

Bagian dalam rumah Foster dan Elowyn benar-benar menegaskan sebuah pohon rumah. Bau kayu yang tajam mengalir masuk ke hidung Caramel ketika dia sampai di ruang keluarga. Segalanya terasa alami dan tidak dibuat-buat. Dindingnya tetaplah bagian pohon dan hanya ada sedikit furnitur rumah yang didapat dari hasil tangan manusia.

“Jadi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Caramel, tidak sabar ingin membantu.

“Buku-buku, koran, dan majalah itu tolong dipindahkan keluar, ya,” jawab Foster. “Saat musim hujan rumah kami sempat terkena banjir dan merusak beberapa barang. Karena sudah tak bisa dibaca lagi, aku memutuskan untuk membuangnya saja. Tapi kalau ternyata ada yang masih bagus, masukkan saja ke dalam kardus. Nanti aku akan menyumbangkannya untuk perpustakaan.”

“Baiklah...”

“Untuk Lilia, tolong bersihkan atap yang berdebu, dan Aveline tolong bantu aku pindahkan kursi baru ini ke tengah-tengah.”

Caramel pergi ke sudut ruangan tempat buku, koran, dan majalah tergeletak dengan berantakan. Air mengoyakkan kertas-kertas. Beberapa di antaranya robek-robek dan yang lainnya memiliki tinta yang kabur. Caramel memisahkan yang hancur dari yang kelihatannya masih lumayan bagus.

Setelah mengambil, Caramel keluar rumah untuk membuang yang hancur ke tempat sampah dan menaruh yang bagus ke dalam kardus.

Dia mendengar langkah kaki dari belakang. Ternyata itu Elowyn.

“Hai, Elowyn,” sapa Caramel dengan ramah meskipun tahu kelinci itu sedikit arogan.

“Hai, juga.”

“Kau mau ke mana?” tanya Caramel.

Elowyn kelihatan begitu cantik dengan bulu-bulu yang tersisir rapi dan pita yang menempel di kepalanya.

As Sweet As Caramel Onde histórias criam vida. Descubra agora