17. Segalanya

153 99 520
                                    

Chapter 17
🌻Segalanya🌻

Bunga aster yang dibawa Caramel memiliki arti permohonan maaf dan penyesalan yang begitu dalam.

Nyonya Polaris mengangguk-anggukkan kepalanya yang berbulu cokelat. Ketika mendengar Caramel meminta maaf, bulu matanya yang lentik bergoyang pelan.

Dia masih terbaring di ranjang rumah sakit, tapi kini sudah terlihat jauh lebih baik dari kemarin. Caramel menjelaskan segalanya, mulai dari kesalahpahaman Feather dan Pak Gannon Kooper, sampai Stone yang menyadari kekeliruannya.

Nyonya Polaris irit bicara, tapi matanya yang besar membulat sempurna saat Caramel bilang dia akan melakukan apa pun agar bisa dimaafkan. Nyonya Polaris akhirnya berkata, kalau dia sudah keluar, dia ingin Caramel perawatan rambut di salonnya. Juga, dia ingin Stone bekerja untuknya selama beberapa hari. Kalau mereka tak mau melakukannya, Nyonya Polaris akan membiarkan Pak Gannon Kooper melapor pada polisi.

Awalnya Stone keberatan. Caramel paham perasaannya. Stone memang sulit berkomunikasi dengan orang baru, tapi ini adalah permintaan Nyonya Polaris. Caramel tak bisa menolaknya. Akhirnya Stone mengiakan juga meskipun berat hati.

Sebelum pulang, Caramel memberikan Nyonya Polaris dua brioche cokelat sebagai ganti roti isi stroberi kemarin. Nyonya Polaris kelihatan sedikit trauma, tapi akhirnya Caramel memotong brioche itu dan memperlihatkan isinya yang penuh cokelat lumer. Dan, Nyonya Polaris langsung memakannya saat itu juga.

Orang-orang mengawasi Caramel dengan teliti saat dia keluar dari kamar Nyonya Polaris. Tatapan mereka menyiratkan rasa ngeri dan kewaspadaan. Mereka semua memandang Caramel seolah gadis itu hendak meracuni Nyonya Polaris.

Karena rumah sakit lumayan jauh, Caramel memutuskan untuk ke sana dengan menaiki Nila. Sementara itu Stone terbang di samping mereka.

Di perjalanan pulang, Caramel melihat Pak Javon Pine dan menyuruh Nila untuk turun. Caramel berkali-kali mengucapkan terima kasih pada sang kepala desa karena telah membantu meleraikan keributan yang terjadi di bakery-nya kemarin.

“Tapi ingat,” kata Pak Javon Pine, “jangan lakukan kesalahan yang sama lagi.”

“Siap,” ucap Caramel dan Stone serentak.

“Apalagi kau, Stone.”

Stone mundur ke belakang telinga Caramel. “Tentu saja...”

“Kalau tidak, saya sendiri yang akan mengembalikanmu ke villa para peri,” ujar Pak Javon Pine dengan tegas.

Sampai rumah, Caramel langsung pergi ke kebun Nenek.

Hari masih terlampau pagi. Kabut berwarna biru safir tipis melayang-layang di udara, menutupi hampir seluruh kebun dengan hawa dingin dan aura yang menggiurkan.

Caramel menemukan Foster dan Elowyn di meja-meja kecil di belakang rumah. Mereka sepertinya baru datang dan hendak bekerja. Foster memakan satu mangkuk penuh berisi stroberi segar dan gemuk, sementara Elowyn hanya melihatnya saja sambil mengecap lidah.

“Kau tidak sarapan juga?” tanya Caramel pada Elowyn.

Elowyn menggeleng dengan elegan. “Aku sedang diet.”

Caramel terkekeh. “Kukira standar kecantikan untuk kelinci itu yang gendut-gendut.”

“Aku tak mengikuti standar kecantikan kelinci lain.”

Dari pintu, Caramel bisa melihat Aveline yang baru saja masuk ke dalam rumah. Pipi gadis itu sewarna dengan mirah delima, merahnya tumpah-tumpah sampai ke seluruh wajahnya, membuat ekspresinya penuh akan kebahagiaan dan kesenangan yang terlampau tinggi.

As Sweet As Caramel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang