13. Menampakkan diri

160 107 511
                                    

Chapter 13
🌻 Menampakkan diri 🌻

Sudah seminggu sejak jamur merah bertotol putih dipindahkan dari hutan dan ditempatkan di samping rumah Nenek Ingrid. Dan sudah sejak saat itu pula Caramel sibuk mengurusi segala macam hal yang dipersiapkan untuk bakery-nya.

Sepanjang hari Rocky, Aspen, dan Stone berkali-kali bolak-balik jamur untuk merapikan tempat. Nila juga ikut membantu membawakan furnitur yang berat. Seluruh dinding sudah di cat dengan warna merah muda sakura dan ungu lavendel. Lampu gantung sudah dipasang di langit-langit. Bagian depan jamur itu dicopot dan digantikan dengan jendela persegi panjang yang besar, membuat sinar matahari masuk dan membanjiri bagian dalam jamur.

Caramel menggotong meja bundar bersama Aveline ke dalam jamur dan menaruhnya di dekat jendela. Nantinya dia akan memasukkan etalase untuk memajangnya di belakang jendela, agar kue-kue bisa dilihat dari luar. Nila tengah memindahkan etalase itu dari halaman rumah ke depan jamur.

Caramel mengelap keringat yang mengaliri pelipisnya. “Terima kasih atas kerja keras kalian,” katanya pada semua yang berada di dalam.

“Tak apa,” ucap Aspen. “Akan kulakukan semua untuk gadis cantik sepertimu.”

Stone mengepakkan sayapnya dengan cepat di wajah Aspen, membuat mata belalang itu kelilipan oleh debu-debu peri emas milik Stone. “Apa kau tak punya pekerjaan lain selain menggoda seseorang?”

Caramel tertawa melihat tingkah mereka. Dia tak pernah menyangka akan dapat melihat seekor belalang berdebat dengan makhluk mitologi peri. Momen seperti ini tak mungkin bisa terlihat jika dia tidak pernah datang ke Arcadia.

“Sama-sama, Caramel,” ujar Rocky. “Aku senang membantumu dan Aveline.”

Aveline berubah menjadi kuncup bunga. Setiap kali Rocky bicara gadis itu selalu merapatkan tubuhnya sendiri seolah itu adalah caranya untuk bertahan diri. Tubuh malu-malunya yang pucat berubah warna menjadi seperti anyelir merah, menggemaskan dan mencolok. Sekali tengok dan semua orang tahu Aveline jatuh cinta pada Rocky.

“Kalian bisa istirahat dulu,” kata Caramel. “Nanti aku akan membuat jus strawberry.”

Caramel keluar dari jamur dan ketika dia baru ingin melangkah ke rumah Nenek, ia menemukan Marvin Pine yang sedang mendahuluinya masuk ke dalam rumah. Lelaki itu pasti sedang ingin mengambil strawberry untuk dijual di toko buah.

Caramel tahu dia tak mungkin salah lihat ketika menangkap tatapan lelaki itu yang terjatuh padanya. Namun semuanya terjadi begitu cepat. Marvin tidak membiarkan tatapannya berkelana terlalu lama. Dia langsung menarik diri dan tak mengucapkan sepatah kata. Seolah pandangan mata saja sudah cukup untuk menggambarkan suasana.

Caramel hampir yakin kalau Marvin tak mau punya hubungan apa-apa dengannya.

Setelah kejadian mengerikan subuh-subuh itu, saat seekor elang dengan ganasnya mengejar mereka berdua, Marvin tak pernah menyapa Caramel lagi. Sebelumnya Caramel bertanya-tanya mengapa Marvin bisa jadi begitu informal padanya dan mengajaknya pergi jalan-jalan, tapi sekarang sikapnya yang santai telah berubah kembali menjadi kaku dan canggung. Caramel menduga itu ada sangkut-pautnya dengan si elang. Masuk akal kalau Marvin menghindarinya karena tersadar bahwa Caramel mengantarkan masalah.

Sejak masuk ke Arcadia, yang bisa Caramel bawa hanyalah malapetaka. Kerusuhan pagi-pagi, lukisan masa depan Beatrix, dan elang ganas pemangsa. Siapa yang tahu masalah apa lagi yang akan Caramel datangkan ke sini.

Bukan salah Marvin untuk berpikiran seperti itu. Siapa pun yang bicara dengan Beatrix dan mendengarkan ramalannya pasti akan berubah pikiran. Dan Caramel tak mau menyalahkan Marvin karena lelaki itu hanya berusaha untuk tidak jatuh pada kesalahan-kesalahan bodoh lagi. Sedangkan seperti yang Caramel lihat sebelumnya, Marvin sudah terlalu sering berbuat kesalahan. Dan menjauh dari Caramel sepertinya akan membantu Marvin.

As Sweet As Caramel Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon