2. Selamat tinggal Cassiopeia dan selamat datang Arcadia!

294 223 495
                                    

Chapter 2
🌻 Selamat tinggal Cassiopeia dan selamat datang Arcadia! 🌻

Caramel terkejut dengan ucapan Ibu. Apa maksudnya itu? Tentu saja Caramel tak mau langsung percaya. Arcadia bukanlah tempat yang kedengarannya dapat berada di dunia nyata. Dunia nyata penuh kerusuhan, ketidakadilan, dan yang pasti tidak ada hal magis. Namun cara Ibu bicara dan memandangnya dengan serius membuat Caramel ragu dengan keyakinannya sendiri.

Caramel mengernyitkan dahi, mulai mengingat cerita soal Arcadia yang penuh sihir dan keajaiban. Ia tersenyum. “Ibu jangan bercanda.”

“Tidak, Caramel.” Ibu duduk di samping Caramel. Keseriusan terpancar di wajah Ibu ketika kembali berkata, “Itu adalah tanah kelahiran ayahmu.”

Caramel melonjak dari tempat duduknya. Selama ini ia tidak pernah tahu asal ayahnya dari mana. Kalau Ibu sudah pasti asli Cassiopeia. Jika ini tentang Ayah, Caramel ragu Ibu akan bercanda.

“Benarkah?” sulit bagi Caramel untuk memercayai Ibu.

“Benar sekali. Ayahmu lahir dan besar di sana. Suatu saat, dia ke sini untuk berjalan-jalan, lalu bertemu Ibu dan kami jatuh cinta. Setelah itu, dia memutuskan untuk menetap di sini bersama Ibu dan akhirnya kami memilikimu.” Ibu menceritakannya dengan mata berkaca-kaca dan senyum yang bergetar.

Caramel menelan ludah, masih ragu-ragu. Tempat ajaib yang penuh sihir itu pastilah tidak nyata. Dan jika nyata pun, berapa persen kemungkinannya ayahnya berasal dari sana? Ia tak mau mempercayai Ibu, tapi kalau itu berkaitan tentang Ayah, Caramel bisa saja berubah pikiran.

Semakin penasaran, mata coklat Caramel menggelap saat bertanya, “Apakah semua keajaiban itu nyata?”

“Tentu saja. Ibu belum pernah ke sana, tapi Ibu percaya semua yang ayahmu ceritakan. Juga dari buku yang ia tulis itu.”

“Buku waktu itu Ayah yang buat?”

“Ya. Isinya lukisan-lukisan dan tulisan mengenai Arcadia. Kalau kamu ingin tahu, kamu boleh membacanya.”

Sesuatu dalam nada bicara Ibu mengatakan bahwa yang diucapkannya adalah benar. Ibu mungkin tidaklah sempurna, tapi satu hal yang pasti, Caramel tahu Ibu tak pernah berbohong.

Caramel tersenyum, membayangkan hal-hal menakjubkan tentang ayahnya dan Arcadia.

Malamnya Caramel habiskan dengan membuka buku itu.

Di dalamnya, banyak lukisan mengenai tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan hewan. Ada sebuah tulisan yang menjelaskan kalau berbagai hewan di Arcadia bisa bicara karena sihir yang terdapat di bunga lotus ajaib itu. Juga tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan tumbuh dengan cepat dan tidak mudah layu. Ada sebuah sihir yang mengelilingi Arcadia sehingga desa itu tak dapat dilihat dan ditembus dari luar selain pada waktu matahari terbit dan terbenam. Lukisan itu sangat bagus meski terlihat sudah bertahun-tahun lamanya sejak dilukis Ayah.

Caramel merasa ada sesuatu terlepas dari dadanya, seperti ketika anak burung belajar terbang, atau bunga dandelion terbawa angin; mungkin itu rasa perih yang selama ini mengganjal di hatinya. Membaca buku itu dan melihat lukisan ciptaan ayahnya membuat Caramel merasakan kehadiran sang Ayah lagi. Ia tak pernah tahu Ayah dapat melukis. Melihat ini semua membuatnya merasa seperti sedang berkenalan dengan bagian-bagian ayahnya yang tak pernah ia ketahui sebelumnya.

“Apa kamu mau ke sana?” tanya Ibu tiba-tiba.

Caramel menghadap Ibu, menatap matanya yang penuh harap. “Suatu saat nanti,” jawab Caramel.

“Bagaimana kalau secepatnya?”

“Dengan Ibu?”

“Dengan kamu sendiri.”

As Sweet As Caramel Where stories live. Discover now