Chapter #06

554 122 2
                                    

  Junkyu membawa Doyoung bersembunyi di dalam kamar, Doyoung sendiri masih syok juga bingung, beratus-ratus pertanyaan memenuhi kepalanya. Apalagi saat melihat lantai Mansion banjir darah Kakek dan Ibunya, tangis pilu juga masih terdengar di samping rasa penasaran itu.

Junkyu sudah berkali-kali mengusap pelan punggung adik sepupunya, namun tangisannya belum juga berhenti. Bayangkan, Doyoung baru saja kesal dengan Neri, sampai pagi hari pun demikian. Dan malam ini, Doyoung sudah tidak bisa lagi berbicara dengan Neri.

"Apa Zivan, psikopat?" akhirnya pertanyaan seperti itu keluar di tengah isak tangisnya.

  Junkyu menggelengkan kepalanya berkali-kali, tidak tahu dan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Junkyu sendiri sebetulnya sangat takut, dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana para sepupu yang lainnya yang mungkin sudah terbunuh sekarang. Entah itu Haruto dan Mashiho.

  Suara ketukan pintu membuat Doyoung membekap mulutnya sendiri, suara tangisnya sudah tidak terdengar namun jarinya yang dingin menandakan dia sangat takut. Junkyu menatap wajah Doyoung, lalu bersandar di depan pintu menahan pintu yang sekarang sudah dipukul dengan tenaga kuat dan dengan benda keras, membuat bagian tengahnya mulai hancur.

  Junkyu terpaksa mundur, demi menghindari benda keras yang dipukulkan ke pintu kayu. Dirinya mundur dan melihat Doyoung sudah tengkurap di bawah ranjang, hal tersebut juga membuat Junkyu segera bersembunyi di tempat yang sama. Doyoung dan Junkyu saling menatap, kakak sepupunya itu terlihat mengangguk meyakinkan Doyoung bahwa mereka pasti aman.

  Suara berisik dari kenop pintu yang rusak dan lepas membuat keduanya menahan napas. Kaki dua manusia terlihat melangkah waspada ke dalam kamar, sepatu putih dan hitam dari keduanya terlihat kotor oleh darah yang mungkin banjir di lantai dasar. Kue ulang tahun yang berpenampilan mengerikan di jatuh kan ke lantai, mengotori kamar dengan krim merah kehitaman.

"Di mana mereka?" suara seseorang yang di kenal Doyoung terdengar, saat itu juga Doyoung dan Junkyu bertukar pandang, hampir saja Doyoung keluar dari persembunyian namun Junkyu menahannya sebentar. Salah satu dari mereka berdua duduk di lantai, di samping itu Junkyu mengangguk pada Doyoung. Junkyu keluar dari persembunyian dan Doyoung masih bersembunyi di sana, wajah kusut Mashiho tiba-tiba segar dan berseri.

"Aku pikir kau mati!" Mashiho nyaris berdiri dari duduknya.

"Di mana Doyong?" Mashiho terlihat mengatur napasnya, Junkyu yang memang tidak akrab bahkan tidak pernah berbicara dengan Mashiho jadi gugup.

"E, Doyoung! Keluarlah." Junkyu langsung memanggil Doyoung yang masih bersembunyi, kepala Doyoung yang lebih dulu menyembul–menatap wajah Mashiho dan Haruto.

"Zivan membunuh Asahi, juga ibu mu." Haruto berbisik pelan, kedua matanya menatap Doyoung yang masih takut. Kejadian ini begitu cepat, penuh tanda tanya yang harus didapatkan jawabannya.

Doyoung mengangguk pelan sebagai jawaban, dia duduk di lantai menatap ketiga wajah kakak sepupunya. Entahlah, tidak ada yang bicara saat ini, semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Doyoung sendiri ingin sekali menanyakan keberadaan Ayahnya, juga para orang tua yang lainnya yang mungkin selamat dan bersembunyi seperti mereka.

"Di mana Nenek? Ke mana perginya para orang tua?" suara Junkyu paling mendominasi di kamar dengan suasana mati, semua orang diam dan mata Mashiho lah yang menatap satu-persatu para saudara sepupu.

BONEKA DAGING | DOYOUNG & JUNKYU✓Where stories live. Discover now