Chapter #9

468 103 4
                                    

  Bayangan itu kian dekat, Doyoung dan Haruto menunduk di belakang barisan poetry. Mata Haruto berbinar, ketika melihat Nenek melangkah di koridor itu sambil menenteng cambuk di tangan kanannya, hampir saja Haruto memanggil Neneknya untungnya Doyoung sigap membekap mulut Haruto—membuat kakak sepupunya itu menepis tangan Doyoung dan menatap tajam ke arahnya.

"Apa maksudmu? Itu Nenek, kita bisa minta bantuan Nenek soal Zivan." Mata Haruto melotot membuat Doyoung sedikit ciut, mengingat beberapa tahun terakhir Haruto selalu saja menindasnya.

"Sadar Haruto, Nenek ada kaitannya dengan kejadian ini." Doyoung mengunduh namun suaranya terdengar kuat.

"Tahu apa kamu soal Nenek? Aku lebih tahu dari mu."

"Maksud mu? Kau tahu soal Zivan juga."

"Dua cucu manis Nenek, sedang apa di sini?" Sontak, Haruto dan Doyoung menoleh ke belakang, menatap sosok tua yang sangat keriput namun tak bungkuk memegang cambuknya. Doyoung tampak ketakutan apalagi, saat melihat senyuman ganjil Nenek.

Nenek mengayunkan cambuknya dan menghantam punggung Haruto, hal itu membuatnya terkejut dan segera berdiri. Nenek memiringkan kepalanya saat melihat Doyoung berusaha menjauh dan kaki Doyoung berhasil melangkah seribu namun, di depannya Zivan sudah berdiri dengan seuntai tali tambang. Doyoung terkejut bukan main, dia berbalik dan berencana berlari ke arah lain namun sial, ini adalah lorong dan satu-satunya ruang adalah tempat poetry di simpan. Ini benar-benar terkutuk.

Zivan melempar tali tambang dan tanpa berusaha banyak, tali itu sudah mengikat kedua kaki Doyoung. Zivan melangkah santai membawa Doyoung ke hadapan Nenek. Haruto sendiri juga diperlakukan Nenek sama seperti Zivan memperlakukan Doyoung. Kepala Nenek berputar 360 derajat matanya terlihat menatapi Doyoung dengan tajam, mata Nenek begitu tajam dan wajahnya pasi yang menyeramkan.

  Nenek melangkah mundur, padahal posisi tubuh membelakangi Doyoung namun kepalanya menatap Doyoung, Neneknya mengayun tangannya dan mencambuk Doyoung berulang-ulang—terasa sangat sakit dan perih, rasanya Doyoung ingin menangis dan bercebur ke dalam sumur untuk meredakan reaksi panas dari cambuk itu.

"Nenek! Hentikan." Doyoung jatuh ke lantai, matanya terlihat berair menahan sakit yang amat perih. Sedangkan Haruto, anak itu sedang sibuk dengan kedua tangannya yang diikat Nenek. Zivan mengangkat satu tangannya, dan tali yang mengikat kaki Doyoung bergerak ke atas membuat Doyoung perlahan-lahan terangkat, besar sekali tenaga Zivan hingga berhasil menggantung Doyoung hanya dengan satu tangan saja.

  Satu kedipan mata, tali yang awalnya hanya mengikat kaki Doyoung kini bertambah di lehernya. Kaki Doyoung dibiarkan terulur dan sekarang leher Doyoung terikat kuat, Doyoung berusaha menahan tali di lehernya dengan kedua tangannya. Berharap tali itu tidak semakin erat, namun semakin tinggi lehernya semakin tercekik. Doyoung seperti ikan yang terjebak di kail pancing, ia bergerak liar karena napasnya terasa sesak bahkan kian melemah karena tali yang melingkari lehernya kian kuat. Kakinya bergerak berusaha mencapai lantai namun, Doyoung terlalu tinggi. Nenek tampak tersenyum dengan kepalanya yang masih di luar nalar, giginya yang hitam terlihat mendominasi pada wajahnya yang pasi.

"Biarkan ikan ini mati terjebak di kail pancing yang ku ciptakan."  Nenek berucap namun terdengar berbisik dan jelas, kepalanya kembali berputar 360 derajat—kembali menatap Haruto yang masih berkutat dengan tali yang mengikat kedua kaki—tangannya.

"Ha-ru-to." Doyoung hanya mampu berbisik, tenaganya melemah dan tubuhnya terasa lemas. Matanya terpejam sedikit, dan napasnya tak lagi bisa keluar dengan leluasa dari hidung maupun mulutnya. Benar-benar tertahan oleh tali yang mengikat lehernya.

🔹🔸🔹🔸

  Junkyu menutup bukunya, ia begitu resah pasalnya Mashiho belum juga sadar. Apakah Mashiho merasa begitu terkejut setelah matanya ditusuk Zivan, Junkyu menggeleng cepat, ia segera melangkah menuju Mashiho. Hatinya merasa tak nyaman, sudah satu jam dirinya menunggu kedatangan Doyoung dan Haruto.

  Junkyu menepuk pundak Mashiho, berusaha membangunkan saudara sepupunya itu. Junkyu tahu, membangunkan orang pingsan adalah harus memenuhi hidung orang itu dengan sesuatu yang memiliki bau menyengat. Bergegaslah Junkyu melepas sepatunya dan kaos kakinya, meletakkan benda jorok di hidung Mashiho. Sambil mencubit pelan lengan dan pipi Mashiho, dirinya benar-benar berharap Mashiho segera sadar agar bisa secepat mungkin keluar dari perpustakaan dan mencari Doyoung serta Haruto yang belum kembali juga.

Hal itu tidak membuahkan hasil, tidak ada pilihan lain maka Junkyu harus meninggalkan Mashiho di perpustakaan ini sendirian. Junkyu melangkah keluar dari perpustakaan, namun dirinya meninggalkan taplak meja yang digunakan untuk menutup mata Mashiho tepat diganggang pintu. Junkyu menarik napasnya, dia cukup yakin meninggalkan Mashiho sendirian. Junkyu segera berlari menuju ruang unit kesehatan, melewati banyak ruangan dan dia berada di koridor pajang ini.

"Doyoung!" Wajah Junkyu panik, dia segera berusaha untuk menurunkan Doyoung dari tali yang melingkar di lehernya, wajah Doyoung pucat dan sepertinya tidak ada tanda anak itu masih hidup. Junkyu melihat sumber tali yang gunakan sebagai tumpuan bobot tubuh Doyoung. Dia pun langsung bergerak dan melepaskan ikatan itu, alhasil, Doyoung jatuh ke lantai dan terkulai lemas di sana.  Junkyu juga melepaskan tali yang mengikat leher Doyoung. Kakak sepupunya itu menepuk pipi—berusaha membangunkan Doyoung dan benar, tidak ada tanda-tanda anak itu merespons panggilan Junkyu.

Di tengah kepanikannya itu, Junkyu tak bisa berpikir jernih. Dia langsung saja menekan jantung Doyoung, melakukan CPR dengan dorongan yang kuat sebagai pertolongan pertama karena kerja jantung paru terhenti. Junkyu juga memberikan tiupan napas buatan untuk Doyoung yang masih belum ada tanda-tanda kehidupan.

Di tempat berbeda, Haruto duduk meringkuk di ruangan yang ia sendiri tidak tahu. Haruto bilang, ia cukup hafal denah setiap ruangan yang ada di Mansion, namun tidak untuk ruangan yang satu ini. Matanya menatap pada setiap api kecil yang membakar sumbu lilin merah yang memenuhi ruangan ini. Di dalam sini, dirinya sendirian.

Sekarang Haruto sadar, yang dikatakan Doyoung benar, Nenek ada hubungannya dengan semua kejadian mengejutkan yang menimpa Zivan. Apalagi, sekarang para orang tua juga tidak terlihat ada di mana. Ini keanehan yang ketiga setelah beberapa keanehan lainnya. Haruto tahu, Nenek sama seperti Zivan—kedua orang itu bertingkah aneh bahkan bisa melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Mereka bisa membuat benda bergerak tanpa harus menyentuhnya, Nenek seperti ahli sihir.

Haruto menggerakkan tangannya dengan liar, berusaha melepaskan ikatan yang cukup kuat itu. Ide bagus muncul di kepalanya yang jahil dan menyebalkan, sama seperti yang ia lakukan pada Doyoung tahun lalu, ia pernah mengikat Doyoung seperti posisinya saat ini dan mengurung Doyoung di kamar mandi kala itu, tiba-tiba Doyoung bisa keluar dan ternyata cara melepaskan ikatannya adalah mengigit tali itu sampai putus—layakanya seekor tikus. Haruto benar-benar melakukan hal itu, demi menyelamatkan dirinya dan para sepupu lainnya dari sisi gelap Nenek dan Zivan.



🔹🔸🔹🔸

BONEKA DAGING


BONEKA DAGING | DOYOUNG & JUNKYU✓Where stories live. Discover now