CH. 36

253 50 4
                                    

  Doyoung menelan ludah, tangan kanannya berusaha menggapai sulur di sebelahnya, namun jika ia sembarangan bertindak bisa saja ia jatuh. Suara ringkik beringas dari babi hutan di bawah sana membuat Doyoung mengumpat di dalam hati, bisa-bisanya binatang buas itu berkeliaran di dekat Mansion. Saat kepalanya sibuk  berpikir mencari cara agar busa menggapai sulur disebelahnya, tiba-tiba saja sulur yang dipeluknya bergoyang-goyang, lambat laun dirinya kembali ditarik Nenek ke atas, ia semakin panik melihat wajah rusak dan buas Nenek melebihi satwa liar di bawah sana, Doyoung kembali menatap ke bawah, rupanya babi hutan itu semakin bertambah banyak seolah menunggu daging Doyoung jatuh.

 "Nenek akan menyelamatkan mu, cucu ku." ucap Nenek sambil tertawa cekikikan, tangannya yang mengelupas dan kurus itu menarik sulur pohon dengan semangat, Nenek tampak semangat menarik Doyoung kembali ke atas. 

 Doyoung kembali menatap ke atas, namun matanya tampak bermasalah. Ia bisa melihat dengan jelas keberadaan Junkyu di atas sana, kedua tangannya tampak begitu erat memegang sulur pohon, leher dan wajahnya tampak basah oleh keringatnya sendiri. Junkyu tampak berusaha sekali menarik sulur pohon agar Doyoung  kembali ke atas, dibalik kegelapan malam ini, Doyoung bisa melihat wajah Junkyu yang tampak bercahaya di atas sana, tiba-tiba Doyoung melihat semua di Mansion ini menyala begitu terang, kehadiran Junkyu seperti malaikat yang membawa berkah dan itu membuat Doyoung tidak bisa berhenti bersyukur.

"Kau kembali Junkyu!" serunya yang tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya yang begitu besar. Doyong tak lagi merasa takut karena sejak awal ia akui, Doyoung begitu bergantung pada kakak-kakak sepupunya.

 Doyoung sedikit demi sedikit naik ke atas, hingga tanpa terasa dirinya benar-benar sampai kembali di atas, ia dibantu Junkyu dan dipeluk dengan kasih sayang yang tulus, Doyoung rasanya ingin sekali mengeluhkan banyak hal atas semua kekacauan dan ketakutannya selama ditinggalkan Junkyu sendirian.

"Berjuanglah sampai akhir." Junkyu berbisik di telinganya dan Doyoung merasakan seluruh tubuhnya membeku dan merinding diimbangi menahan rasa sakit karena daun telinganya digigit dengan kuat, belum sempat pelukan itu dilepas Doyoung, rupanya Nenek memegangi pundak Doyoung begitu kuat lalu mendorong Doyoung-memaksanya untuk melangkah tepat menuju peti mayat yang masih terbuka menganga. Tepat saat peti mayat itu di bawah kaki Doyoung, Nenek menendang lututnya dan dengan kuat  mendorong Doyoung dan terduduk tepat di dalam peti itu, dengan sigap sekali Nenek memukul leher dan hidung Doyoung secara bersamaan, dan hal itu membuat Doyoung kehilangan napas dan tenaganya melemah dalam waktu singkat.

 Peti mayat ditutup Nenek dengan rapat bahkan dikunci olehnya, Nenek melangkah tertatih sambil tersenyum-senyum sendiri. Setiap kakinya melangkah, peti  mayat itu ikut bergerak mengikuti arah kepergiannya. Seolah memiliki kaki yang bisa melangkah seperti makhluk hidup.

  Tidak terasa malam benar-benar berlalu terasa panjang, tungkai Nenek yang berbentuk X dan L itu berhenti melangkah tepat saat dirinya berhasil membawa Doyoung di dalam peti itu menuju perpustakaan rubanah, seluruh mayat para orang tua dan juga para saudara sepupunya seolah hidup kembali. Mereka bergerak dengan kecacatan tubuh masing-masing, ada yang berjalan pincang menyeret kakinya, ada pula yang berjalan sambil memegangi kepalanya, ada yang berjalan tanpa kepala-karena sudah jadi bubur. Ada pula yang tengkurap bahkan bubur daging Bibi Neet ikut bergabung merayakan atas keberhasilan Nenek menangkap cucu durhaka yang liar namun penakut, tak sabar lagi rasanya Nenek dan Kakek juga, seluruh keluarga besar yang ada di Mansion ini menikmati daging lezat Doyoung. Perut siapapun pasti lapar saat mencium aroma tubuhnya yang manis, belum lagi darah segarnya ketika setiap jari-jarinya dipotong nanti, pasti menyejukkan tenggorokan yang kering.

 Nenek, Tuhan kekal yang memiliki nama asli  Vinbi, Nenek adalah pendahulu ajaran sesat sebagai Tuhan yang dipuja setelah putrinya, Talia. Nenek menjadikan dirinya Tuhan atas petunjuk buku sekte itu dan juga diutus iblis, itulah alasan setiap ada kelahiran bayi baru, ia tidak akan dikorbankan untuk menjadi santapan. Peraturan agama mereka awalnya begitu, namun Nenek dan Kakek membuat reformasi baru, bahwa setiap keturunan akan melakukan pernikahan sedarah, dan jika hasil pernikahan itu lahir seorang gadis maka harus dibunuh. seperti yang pernah dikatakan Junkyu, Doyoung adalah anak dari hubungan sedarah yang berhasil tanpa cacat fisik ataupun diagnosis penyakit. Dianggap sebagai suci dan berharga di komunitas senat mereka. 

Masa reformasi tersebut juga adalah perubahan mendadak, yaitu mengawinkan setiap cucu laki-laki yang mereka miliki, Nenek, Tuhan Vinbi bisa dengan mudah memberikan rahim di perut salah satu cucunya yang dianggap cocok untuk mengandung, dan saat melahirkan pun cucu terpilih harus membelah perutnya sendiri tanpa ada bantuan dari siapapun, mereka bersalin secara mandiri tanpa alat medis pula. Satanic kelompok mereka juga mengabaikan hubungan suami-istri berserta larangan berselingkuh, jadi perselingkuhan dan menghabiskan malam dengan istri atau suami orang adalah sebuah kebiasaan. Mereka tidak terikat oleh peraturan.

Nenek mengeluarkan banyak sekali lilin dari dalam mulutnya, lilin itu pun tampak basah oleh air liurnya. Nenek berjalan ringkih sambil menyalakan setiap sumbu lilin dengan menggesekkan jari telunjuk dan jempol, Nenek bergerak lambat sekali menyalakan setiap sumbunya itu, meskipun lambat ia berhasil memasang lilin sama seperti upacara aneh setelah perayaan ulang tahun Zivan sore menjelang malam tadi. Kalau diingat-ingat, memang malam yang sangat panjang.

Nenek berdiri dengan leher bungkuk, kakinya tak lagi normal. Mungkinkah karena beberapa kali patah dan tak dapat melakukan meregenerasi tubuhnya kalau tidak mendapat darah dan daging incaran.

Keluarga besar Doyoung benar-benar berkumpul di perpustakaan rubanah ini, masing-masing berdiam di tempat dan terlihat tak sabaran menunggu peti mayat itu dibuka, Nenek berdiri tepat di depan peti mayat, tangannya tampak menjentik udara maka jatuhlah sebuah buku kuno yang dipercaya untuk Vinbi, sebagai Tuhan yang diutus iblis.

Kelabang, belatung, dan juga ngengat keluar dari lubang di lantai. Binatang itu berkumpul dan berbaris rapi di lantai, Nenek mulai membaca huruf kuno nan asing, terdengar asing namun membuat siapapun yang mendengarnya merinding sekejap mata. Di luar sana, bulan tampak memudar, gelapnya malam pun berkurang, sepertinya sebentar lagi fajar segera bersinar di sana, mengakhiri malam berdarah di hari pertama acara libur tahunan yang dibenci Doyoung.

Namun ada mayat salah satu sepupu yang tak kembali hidup, yaitu mayat Junkyu. Wajahnya yang pucat dan beku tampak tenang di antara sepupunya yang lain, di buku yang dibaca Doyoung, Junkyu adalah manusia terkuat yang bisa dimasuki tubuhnya namun tak dapat dikendalikan siapapun, kecuali pemilik tubuh itu sendiri. Lalu jika benar begitu, apakah bisa Junkyu sekali saja bangun dan mengeluarkan adik sepupu kesayangannya itu dari peti mayat, apakah bisa ia membawa Doyoung keluar dan terbebas dari perut lapar Nenek dan kerabat yang lain. Tapi, semua itu mustahil, berharap pada orang yang sudah mati adalah sebuah kebodohan dan juga kesalahan yang fatal.

🔹🔸🔹🔸

BONEKA DAGING

BONEKA DAGING | DOYOUNG & JUNKYU✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang