Chapter #04

623 129 3
                                    

  Setelah bunyi bell yang memekakkan telinga itu, Doyoung dan Junkyu keluar dari kamarnya. Hal tersebut adalah pertanda dan panggilan untuk segera berkumpul di ruang utama Mansion. Doyoung dan Junkyu sendiri bertemu dengan para sepupu yang lainnya, apalagi Doyoung yang tidak bisa berkedip saat dirinya menatap wajah Zivan, benar-benar seperti orang yang tidak pernah merasakan kebahagiaan. Doyoung juga sesekali curi-curi pandang pada Zivan karena penasaran soal teman imajinasi yang mungkin sedang mengobrol dengannya. Sejauh ini, Doyoung sendiri tidak melihat tanda-tandanya. Sikutan Junkyu langsung membuat Doyoung menunduk, ternyata kakak sepupunya itu memperhatikan dan sudah tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya.

"Jangan menatapnya begitu." Junkyu berbisik di telinga Doyoung dan langsung dibalas anggukan kecil nan patuh.

  Setelah menuruni anak tangga, para anak-anak pun sudah sampai di lantai dasar, sedikit informasi, kamar para anak-anak dikhususkan berada di lantai dua dan kamar para orang tua di lantai dasar. Lantai tiga sendiri, tempatnya untuk bermain, juga televisi dan alat-alat elektronik lainnya.

  Tepukan tangan menggema di ruangan ini, nyanyian bahagia dengan bait ucapan ulang tahun dinyanyikan beramai-ramai. Doyoung dan Junkyu yang tidak tahu siapa sedang berulang tahun ikut-ikutan saja bernyanyi meramaikan acara. Bibi Neet yang memegangi kue berjalan pelan ke arah laki-laki sepupu termuda, tepukan tangan dan nyanyian ramai berhenti. Sekarang,  hanya terdengar suara nyanyian pelan yang merdu memantul di ruang ini, Bibi Neet terus bernyanyi dan berhenti melangkah saat di hadapan Zivan Zan.

"Boneka daging ibu hari ini berusia tujuh belas tahun, tiup lilinnya sayang." Bibi Neet memberi seulas senyum simpul. Bisikan menggemanya terdengar jelas di telinga siapapun yang ada di ruangan itu.

  Doyoung tidak berkedip, matanya menatap tajam ke arah Zivan yang masih berdiri. Junkyu juga demikian, kakak sepupu pucat itu sudah tidak sabar ingin melihat Zivan meniup lilin tujuh belas yang berwarna merah. Doyoung jadi merinding dengan suasana ulang tahun yang terasa ganjil, ruangan temaram ini semakin mendukung untuk lokasi syuting film horor. Tiba-tiba saja terbersit diingatan Doyoung dengan salah satu novel horor, bab yang mirip dengan kejadian saat ini sama persis penggambaran di novel itu.

  Tepukan tangan yang menggema mengagetkan Doyoung yang sempat melamun. Refleks, diapun ikut bertepuk tangan, matanya langsung tertuju pada Zivan yang ternyata sudah meniup lilinnya. Lampu di ruangan langsung menyala terang, membuat Doyoung bersyukur berkali-kali. Semua anak berhamburan mengambil makanan, banyak sekali aneka kue dan minuman, juga salad buah yang segar dan manis dengan lelehan susu kental manis dan yoghurt di atasnya.

  Doyoung dan Junkyu duduk di undakan tangga. Terlihat Junkyu hendak mengatakan sesuatu namun urung dilakukan karena tiba-tiba Neri datang membawakan minuman segar untuk mereka berdua, Junkyu langsung menyambut minuman segar itu dari tangan Neri, baru saja selesai, bibi Neet datang dari belakang Neri membawakan dua potong tebal kue ulang tahun dengan bolu berwarna pink dan polesan krim merah kehitaman.

  Doyoung langsung berdiri dan menerima dua bolu itu dengan mengucapkan terima kasih. Tiba-tiba saja Neri menatap Doyoung dengan mata melotot, membuat laki-laki itu bingung namun segera duduk kembali di undakan tangga. Dua wanita beripar itu saling tersenyum dan kembali berkumpul dengan keluarga lainnya di tengah ruangan, entah perbincangan apa yang sedang berlangsung di sana.

"Doyoung, apa kau lihat keanehan saat tiup lilin tadi?" Junkyu berbisik di telinga Doyoung, setelah meneguk sedikit minuman segar. Doyoung pun menggeleng sebagai jawaban, memang dia tadi tidak sempat melihat Zivan meniup lilinnya.

BONEKA DAGING | DOYOUNG & JUNKYU✓Where stories live. Discover now