Chapter 3 - Hati yang bimbang

10 2 0
                                    

Now Playing
Seventeen - Is it still beautiful

Selamat membaca cerita On Film!

***

Berhenti bersikap seolah kamu yang paling menderita di sini. Itu hanya akan membuatmu terlihat tidak berkelas.

***

Stella memandang laki-laki di depannya yang sedaritadi hanya mengaduk minuman miliknya dengan tatapan malas. Kini keduanya sedang berada di salah satu restoran dekat gedung agensi. Setelah menemui Pak Frey, keduanya memutuskan untuk membahasnya lebih lanjut.

Namun, bukannya mendapat solusi, Stella malah dibuat geram dengan sikap Aksa yang semenjak keduanya menginjakkan kaki di restoran ini hanya murung seakan-akan tidak memiliki semangat hidup.

"Sa, lo kenapa, sih?" tanya Stella karena bosan melihat tingkah Aksa.

Aksa hanya memandang Stella tanpa minat. Berada di sini bersama Stella sama sekali bukan keinginannya. Aksa harus membangun citra yang baik bersama Stella dan keduanya berdiskusi agar tidak salah menjawab di acara besok.

"Udah lah, kalo lo nggak niat kayak gini mending lo pulang," ucap Stella membuat Aksa memusatkan perhatiannya pada Stella.

"Jangan gila," desis Aksa.

"Ck, lo yang gila!" bentak Stella tidak terima.

"Terus lo mau apa, Stella?" tanya Aksa lebih hati-hati.

"Sa, sikap lo yang kayak gini tuh seakan-akan lo nyalahin gue. Seakan-akan ini semua keinginan gue dan gue bikin lo menderita. Padahal lo tahu sendiri ini semua sama-sama bukan keinginan kita, Sa..." ucap Stella.

"Lucu, ya, Stell," respon Aksa tidak nyambung.

"Lo masih waras, kan, Sa?" tanya Stella berhati-hati

Aksa tertawa singkat, "Coba lo pikir, orang-orang licik itu seenaknya nyuruh kita berbuat semau mereka tanpa mikirin perasaan kita cuma karena mereka mengincar keuntungan."

"Sa, lo kenapa, sih?! Lo sadar dong, harusnya lo tahu sebelum lo terjun di dunia yang sangat lo cintai ini, lo tahu konsekuensi ke depannya bakal kayak gimana. Lo harus siap diatur, lo harus siap untuk nggak menjadi diri lo sendiri, lo harus siap terima semua komentar jahat yang orang-orang berikan buat lo," jelas Stella panjag lebar.

"Stell, tapi nggak kayak gini..." lirih Aksa.

"Terus apa hah? Lo bisa ngelawan? Enggak, kan? Lo jangan munafik, Sa. Bahkan lo juga rela ninggalin orang yang berharga buat lo demi sesuatu yang bahkan nggak abadi sama sekali. Lo rela ninggalin orang-orang yang lo cintai demi kepopuleran yang nggak seberapa ini. Terus kenapa sekarang lo bersikap seolah-olah lo yang paling menderita di sini?"

Aksa tidak menjawab. Semua yang dikatakan Stella benar. Aksa tidak mampu melawan orang-orang itu. Aksa masih sangat mencintai pekerjaannya ini. Aksa masih haus akan kepopuleran dan Aksa mengakui itu.

Stella membenci tatapan yang diberikan oleh laki-laki di hadapannya ini, "Sa, jangan lemah..."

"Sakit, Stell. Gue nggak bisa," balas Aksa membuat Stella mati-matian menahan agar air matanya tidak keluar.

ON FILMDonde viven las historias. Descúbrelo ahora