Mengiba

5.1K 269 24
                                    

"Kasihan dia. Sudah berhari-hari ini aku melihatnya uring-uringan begini."

"Bagaimana dia tidak jadi begitu? Kekasih yang dicintainya memutuskan menikah dengan lelaki lain. Di usia semuda ini dia juga harus meneruskan bisnis keluarga sepeninggal orang tuanya."

"Malang sekali nasibnya. Dia sekarang hanya memiliki kita sebagai support system-nya."

"Tapi walaupun begitu, bisakah kita mencari tempat lain selain disini? Heyy, tampaknya aku sudah mulai bosan dengan minuman, suasana dan err... gadis-gadis disini!"





Di tengah pergolakan dirinya melawan rasa sakit kepala sekaligus kantuk yang mendera, juga kebisingan suara musik yang berdentum, Joshua masih sanggup menangkap percakapan tersebut melalui indera pendengarannya.

Walau terasa berat, ia berusaha membuka kelopak matanya untuk mendapati bayangan sosok teman-temannya.

Keempatnya kini memang tengah menemaninya di sebuah kelab malam yang hampir tiap hari mereka kunjungi dalam tiga puluh hari terakhir.

"Hei, kau sudah bangun rupanya," salah satu yang duduk paling dekat dengannya, menyadari kalau Joshua sudah perlahan mendapati kesadarannya.

Pemuda itu terlihat berparas cantik, dengan wajah tirus dan bibir semerah delima.

"Jeonghan-ah, jam berapa sekarang?" Tanya Joshua sembari mencoba mengangkat kepalanya yang sedari satu jam terakhir, bersandar di meja bar yang dingin.

"Eyy hyung, kau baru tertidur sebentar. Ini masih pagi... Ayo kita minum lagi," pemuda lain yang wajahnya sudah nyaris memerah, berjalan sempoyongan ke arah Joshua sambil menenteng botol minuman.

Namun, ujung kakinya tiba-tiba terantuk meja dan ia nyaris terjatuh. Beruntung, salah seorang dari mereka langsung menangkapnya.

"Kau sebaiknya berhenti minum, Jun. Atau kami yang akan repot nanti," gerutu pemuda bermata besar yang kini memapah Jun untuk duduk di kembali di kursinya.

"Kalau dia mengacau lagi seperti tempo hari, kita tinggalkan saja dia disini, Seungcheol hyung," orang terakhir diantara mereka yang duduknya paling jauh, turut menimpali.

"Kau tau kita tidak mungkin melakukannya, Hansol-ah. Orang tua Jun sudah menitipkan anak tercintanya ini pada kita," Jeonghan terkekeh sambil meneguk kembali minuman yang tersisa di gelasnya.

Sementara Joshua yang sudah mulai bisa mengatur kesadarannya, mengangkat sedikit lengan bajunya untuk mengecek arloji di pergelangan tangannya.

Sepasang matanya seketika terbelalak. "Ini sudah hampir jam 2 pagi!" Jeritnya sehingga membuat keempat orang kawannya kompak menoleh ke arahnya.

"Memangnya kenapa? Ini hari Jumat, biasanya kita disini sampai kelab ini tutup," jawab Seungcheol santai sambil kembali bergabung duduk di samping Jeonghan.

"Tidak bisa. Aku harus pulang sekarang. Besok aku ada janji meeting dengan Tuan Hiroshi," walau masih agak limbung, Joshua terburu-buru bangkit dari tempat duduknya.

Keempat kawannya saling tatap satu sama lain, sebelum Jeonghan meletakkan gelas kosongnya dan ikut bangkit dari tempat duduk. "Kalau begitu, aku juga ikut pulang."

"Oke, aku juga," Seungcheol menjadi orang selanjutnya. Ia kemudian terlihat sibuk mengeluarkan dompet.

"Heii kenapa? Aku bahkan belum bertemu dengan Nayoung-ie~, dia berjanji akan melayaniku setelah selesai dengan customernya," Jun yang mulai protes malah ditarik paksa oleh Hansol.

"Berhenti berhubungan dengan dia dan carilah gadis yang lebih pantas. Kalau ayahmu sampai tahu, kau akan dikirim kembali ke China, hyung,"

Mendengar perkataan Hansol, Jun meringis dan pasrah ditarik oleh rekannya.

My Mister [Joshua Hong]Where stories live. Discover now