Sebuah Akhir?

1K 99 5
                                    

"Hyung, ijinkan kami ikut. Kami juga mengkhawatirkan keadaan Jeonghan hyung!"

"Hansol benar. Aku juga jadi orang yang bertanggung jawab atas semua ini,"

Joshua bergantian menatap manik dua lelaki yang usianya lebih muda darinya, sebelum menggeleng.

"Kalian tetap disini, biarkan aku dan Seungcheol saja yang kesana. Lagian, aku akan membawa para pengawal yang melindungiku," ujung bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman tipis.

"Tapi hyung, kami tidak tenang kalau hanya berdiam disini-"

"Kalau kalian memaksa ikut, kami yang tidak tenang!" Potong Seungcheol cepat hingga sanggup membungkam Jun. "Turuti perkataan Joshua dan tunggu aba-aba dariku. Stand by dengan handphone masing-masing, kalau aku memberi kode, kalian bisa langsung menjalankan rencana yang sudah kita bahas kemarin. Paham?"

Memiliki jiwa pemimpin, Seungcheol menegaskan tugas yang akan diemban oleh Jun dan Hansol.

Keduanya saling bertukar pandang selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk.

"Setelah kalian berangkat, aku dan Jun hyung akan langsung menjemput Soonyoung dan Jihoon," ujar Hansol.

"Baiklah hyung, semoga semua berjalan lancar," Jun memeluk Joshua sembari menepuk punggung sahabatnya beberapa kali. "Hyung harus kembali dengan selamat."

Joshua hanya mengangguk kemudian membelai kepala belakang Jun, sebelum maniknya menatap Hansol dengan tatapan sendu.

Siapa pun yang melihat iris kecokelatan itu, pasti langsung tahu ada perasaan tidak rela bercampur kesedihan yang tersimpan rapi di dalamnya.

Joshua menghampiri pemuda keturunan Amerika yang berdiri di samping Jun, sebelum keduanya berpelukan.

"Aku titip Hyerim padamu," bisiknya tepat di telinga Hansol sebelum Joshua diantar Seungcheol, berlalu pergi meninggalkan keduanya.

***

Hyerim tak bisa berhenti tersenyum, setidaknya lengkungan di bibir merahnya tidak memudar sedikit pun, walaupun sudah nyaris lima jam lamanya ia menemani Wonwoo berkeliling.

Dari toko loak yang menjual sofa-sofa lama, yang walaupun dikatakan masih layak pakai, tapi aroma dan debu di tempat itu sempat membuat hidung Hyerim perih.

Toh, ia tak berkeberatan ketika setelah mendapatkan barang yang cocok- sebuah sofa berwarna merah tua, yang masih sangat mulus, untuk diboyong esok hari ke apartemen mereka- kemudian Wonwoo mengajaknya ke mall.

"Aku mau membeli pakaian baru, dan nuna juga akan kubelikan. Pilihlah yang nuna suka," ucap Wonwoo ketika mereka menjejakkan kaki disana.

Hyerim dengan sabar menunggui sang adik yang dikenal agak pemilih, untuk mencoba beberapa potong pakaian casual hingga sepatu.

Pun ketika Wonwoo yang bergantian menunggu sang kakak untuk memilih baju yang ingin dibelinya. Mereka berkeliling dari satu tenant ke tenant lain, tanpa menyadari waktu berjalan begitu cepat.

"Nuna sudah menghubungi-nya?" Tanya Wonwoo ketika mengajak kakaknya mengisi perut di salah satu stand penjual dimsum.

Hyerim menggeleng seraya mengecek ponsel. Walaupun begitu excited akan segera bertemu lagi dengan sang kekasih, Hyerim tak bisa membohongi hatinya yang masih sedikit merasa risau.

Tak biasanya Joshua mematikan ponselnya selama ini. Dari kemarin sore, saat terakhir kali mereka bertemu.

"Nuna yakin tidak ingin mencoba menelepon sahabatnya yang nuna tolak cintanya itu?" Tanya Wonwoo sembari menggigit pinggiran wonton yang sudah disumpitnya.

My Mister [Joshua Hong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang