Tamu Tak Diundang

1.1K 108 6
                                    

Malam itu terasa lebih panjang dari malam-malam sebelumnya. Hyerim duduk di sofa ruang tamu rumah Joshua, dengan punggung direbahkan santai di sandaran, sementara maniknya tak jemu menatap orang yang duduk di sampingnya.

Joshua pun tak bisa berhenti untuk menarik kedua ujung bibirnya ke atas. Tidak merasa khawatir wajahnya akan pegal karenanya. Sebelah tangannya tersandar di atas kepala sofa, sementara tangan lain jemarinya tengah tertaut dengan sang wanita.

"Aku mengenal Jeonghan lebih dulu dari pada tiga orang lainnya," Joshua membuka cerita. "Kami pertama kali bertemu saat aku datang ke negara ini dan mengambil kursus bahasa di salah satu lembaga pendidikan untuk orang-orang asing."

"Dia juga kursus di sana?"

Joshua menggeleng. "Ibu Jeonghan membuka kantin di sana, dan dia sering membantu ibunya disana."

"Ah," Hyerim mengangguk paham, karena sejatinya Jeonghan yang asli orang Korea tidak akan mengambil kursus bahasanya sendiri, bukan?

"Dia sangat ramah sehingga aku yang sedikit introvert, jadi merasa memiliki teman. Dia juga suka mengajariku bahasa Korea sehingga aku jadi lebih cepat menguasainya,"

Hyerim bisa melihat sorot mata penuh keteduhan ketika Joshua menceritakan pertemuannya dengan sang sahabat.

"Lalu, sejak kapan anda- maksudku, kau mengajaknya bekerja?"

Kening Joshua berkerut, mencoba mengingat kembali momen ketika ia menawari Jeonghan pekerjaan yang mungkin tak seharusnya ia berikan.

"Saat itu aku melihat rentenir datang ke kantin yang dikelola ibunya, lalu mengobrak-abrik dagangan mereka. Bibi Yoon waktu itu sangat ketakutan sekaligus malu, karena mereka melakukannya di depan orang banyak, termasuk aku yang saat itu ada disana bersama Jeonghan," bibir Joshua yang semula tertarik ke atas, kini membentuk kurva turun.

Hyerim bisa menebak, kalau awal mulanya pasti dari kejadian tak mengenakkan berhubung Joshua bergelut di bisnis gelap.

"Aku yang tidak tahan melihat orang tua menangis dan disakiti, saat itu tak berpikir panjang untuk membayar lunas hutang mereka beserta bunga-bunganya. Yah, kau tau sendiri aku bagaimana kan?" Senyum tipis tersungging di wajah tampannya ketika melontarkan kalimat tanya pada wanita di sampingnya.

"Eoh, kau memang tipe orang dermawan yang tidak berpikir panjang untuk membantu orang lain," jawab Hyerim sambil menilik peristiwa dimana dirinya ditolong oleh sang pria.

"Aku sempat mengatakan waktu itu ke Jeonghan kalau aku ikhlas membantunya. Tapi dia bersikeras ingin melunasi uang yang kukeluarkan untuk membayar hutang ibunya," Joshua kembali melanjutkan cerita. "Berpikir bahwa jumlahnya tak sedikit dan dia tak mungkin bisa segera melunasi dengan hanya mengandalkan penghasilan dari kantin, Jeonghan pun memintaku untuk memperkerjakannya."

"Bagaimana kesannya pertama kali saat mengetahui siapa dirimu?" Hyerim memang sedari tadi banyak bertanya, dan ia menyadarinya. "Maaf, aku terlalu banyak tanya ya?"

Hyerim menutup mulutnya dengan tangannya yang bebas, karena mendadak mengingat dirinya masih terikat kontrak yang salah satu poinnya melarangnya untuk mencampuri urusan tuannya.

Joshua malah terkekeh. "Tidak apa-apa. Kau berhak untuk tahu segalanya sekarang, Hyerim."

Tanpa canggung, tangan kanan Joshua yang semula beristirahat di kepala sofa, kini bergerak untuk membelai lembut mahkota kepala Hyerim, tanpa berusaha mengacak surai hitam panjangnya.

"Sehabis ini, kita akan robek surat perjanjian konyol itu," tangan kiri Joshua menggenggam jemari Hyerim ketika mengatakannya.

Senyum di wajah Hyerim mengembang lebih lebar seraya ditatapnya sang lelaki yang sudah berganti pakaian mengenakan T-shirt putih dan celana selutut berwarna hitam itu, dengan penuh kasih.

My Mister [Joshua Hong]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant