Rencana

1K 124 6
                                    

Suara nyanyian burung yang menyapa telinga, disertai aroma kopi dan masakan yang menggoda indera penciuman, seketika membuat Hansol terbangun.

Di tengah usaha untuk mengumpulkan nyawa-nya kembali, Hansol ingat kalau dari kemarin, ia memang belum kembali ke rumahnya dan menginap di rumah salah satu teman dekatnya, Joshua.

Tok, Tok.

Suara ketukan pintu beserta suara familiar yang muncul dari baliknya, pada akhirnya membuat seluruh nyawanya terkumpul.

"Hansol-ah, ayo bangun atau kau akan terlambat bekerja. Sarapanmu sudah siap!"

Suara tersebut memang tidak terdengar lemah lembut dan cenderung tegas, namun bibir Hansol tak sanggup untuk tidak tertarik ke atas ketika ia mengetahui siapa pemiliknya.

"Eoh, aku akan bersiap sekarang, nuna~" jawab Hansol setengah bernyanyi, tak peduli apakah sang 'nuna' mendengarnya karena yang ia prioritaskan sekarang adalah segera mandi dan keluar kamar untuk menyambut sang mentari pagi.




















30 menit berlalu. Kini mengenakan jas berwarna cokelat yang berpadu padan dengan kemeja dan celana abu-abu, Hansol dengan langkah riang gembira menghampiri ruang makan.

Hansol segera duduk di salah kursi sambil menoleh ke samping kirinya.

"Good morning, sunshine," sapanya pada satu-satunya manusia yang ditemukannya di rumah mewah tersebut.

"Good morning, sunshine," sapanya pada satu-satunya manusia yang ditemukannya di rumah mewah tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau panggil aku apa?" Hyerim yang tak terlalu paham bahasa asing, sampai harus mengerutkan kening.

"

Sunshine. Aku memanggil nuna begitu karena senyum nuna sehangat mentari pagi," tukas Hansol tulus dan berhasil membuat sepasang pipi sang wanita berganti warna menjadi merah muda.

"Kau ini pintar sekali menjerat hati wanita, eoh? Aku yakin kau banyak punya pacar di luar sana," Hyerim mencebikkan mulutnya seraya menyendokkan makanan ke atas piring Hansol yang sudah duduk di kursinya.

"Itu tidak benar. Aku adalah tipe lelaki pemalu. Aku hanya mengeluarkan pujian kalau itu memang pantas diberikan," tambah sang lelaki sambil menatap Hyerim yang semakin salah tingkah.

"Yak, hentikan! Atau perutku akan mulas," wanita yang pagi itu mengikat satu rambutnya, melotot ke arah Hansol. "Ayo kita sarapan dulu."

Hansol mengangguk sebelum maniknya menemukan di atas piringnya tersaji pasta yang masih hangat.

"Nuna, darimana kau tahu kalau ini salah satu makanan kesukaanku?" Tanyanya bersemangat.

"Benarkah? Aku benar-benar tidak menyangka," mata Hyerim giliran berbinar. "Sebenarnya Tuan Joshua juga sangat menyukai pasta. Jadi aku membeli banyak stok tempo hari."

My Mister [Joshua Hong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang