Pengkhianat

1.3K 120 1
                                    

"Ada pengkhianat. Aku tidak bisa memastikan siapa orangnya, tapi dari penelusuran yang kudapat selama ini, ada seseorang yang membocorkan rahasia perusahaan hyung ke Lee Seokmin. Jadi jangan heran kalau mulai sekarang, Lee Seokmin bisa mengambil alih apapun yang hyung sudah rencanakan,"











Joshua membuka mata dan melihat kalau waktu telah menunjukkan hampir pukul delapan pagi.

Lagi-lagi ia hampir kebablasan, lebih tepatnya, ia tidak dapat tidur nyenyak lagi semalam dan menyadari tiba-tiba saja sudah jam 7 pagi.

Ingin rasanya Joshua memejamkan mata lebih lama, terlebih obat penenang dari psikiater yang langganan membantunya kala pikirannya kalut, sepertinya masih bereaksi.

Tapi Joshua tidak mungkin melakukannya, karena ia ingat jam sebelas siang ini, ia harus menghadiri sebuah acara penting.

Hari ini adalah hari bahagia Kim Jisoo, wanita yang pernah sangat dicintainya. Bahkan sempat ditempatkannya sebagai wanita terpenting dalam hidupnya setelah kepergian Nyonya Hong.

Tapi apalah daya. Beralasan ingin mencari ketenangan hidup dan kedamaian, hati Kim Jisoo berlabuh pada Kim Mingyu.

Joshua tidak bisa berbuat apa-apa. Karena secinta apapun ia pada Jisoo, ia tak berhak memaksakan kebahagiaan wanita itu.

Karena memang, walau bisa memberi berbagai harta dan perhatian, ia tidak dapat memberikan rasa aman pada wanita yang dicintainya tersebut - dengan pekerjaan yang digelutinya kini.

Joshua menghela nafas panjang begitu ia bangkit dari tempat tidur dan duduk di pinggir kasur. Kepalanya sedikit nyeri, pun hatinya juga merasakannya.

Tidak hanya karena Kim Jisoo, tapi telepon dari Boo Seungkwan semalam, yang benar-benar mengganggu kualitas tidurnya.

Rekan kerja Hansol yang berprofesi sebagai wartawan tersebut, juga diam-diam bekerja untuk Joshua. Seungkwan merupakan salah satu agen rahasianya yang bertugas sebagai informan.

"Pengkhianat...? Siapa kira-kira yang tega melakukannya?" Gumam Joshua.

Semakin ia mencoba berpikir, semakin kepalanya berdenyut. Ia pun mengerang dan mengumpulkan segenap kekuatannya untuk berjalan ke kamar mandi.

Joshua menyelesaikan bagian menggosok gigi dan berkumur mouthwash dengan baik. Sayangnya, saat ia selesai membasuh muka dan ingin mengeringkan wajah, nyeri di kepalanya semakin menjadi.

Tak kuat berdiri, ia pun terduduk di atas porselen kamar mandi yang dingin.

"Argghh..." rintihnya mencoba melawan rasa sakit yang mendera.

Joshua berusaha merangkak keluar sembari memegang kepala bagian kiri. Ia melakukannya perlahan menuju nakas di samping ranjang. Setidaknya ia harus mencari pertolongan dengan menghubungi satu-satunya penghuni rumah selain dirinya.

Walau susah payah, Joshua berhasil meraih benda pipih yang dicarinya dan menghubungi nomor yang dituju.

Beruntung, di nada sambung pertama, panggilan itu langsung dijawab.

"J-Jung Hyerim..."

"Ya, ada apa tuan?"

"K-Kau d-dimana...?"

"Tuan, ada apa dengan anda? Anda terdengar kesakitan. Saya ke kamar anda sekarang!"

Joshua tidak perlu menjelaskan kondisinya lebih detail, karena wanita di seberang sana langsung bisa menangkap melalui nada suaranya.

Sembari menunggu datangnya pertolongan, Joshua yang sudah duduk di lantai di samping ranjang, merebahkan kepalanya dengan posisi menyamping di atas kasur.

My Mister [Joshua Hong]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz