02 : Hidup berdua

49 9 5
                                    

Seminggu setelah pernikahan begitu cepat. Waktunya bagi Sandra untuk meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Banyak ucapan dan salam perpisahan dari pengurus pesantren maupun dari para santri dan santriwati. Mereka semua begitu bahagia melihat Sandra sudah terikat halal dengan seorang Pria. Tanpa tahu, bagaimana perasaan Sandra menerima semua ini.

Selama seminggu yang lalu, Sandra selalu bersikap biasa, Arnes pun juga begitu. Mereka tak menunjukkan rasa tidak suka ataupun perilaku kasar seperti umumnya yang ada di novel dan film.

Untuk kepindahannya, sedikit barang yang Sandra bawa dari rumah. Selebihnya, dari kemarin sudah ada yang mengangkut untuk dibawa ke Jakarta. Jadi hari ini, keduanya hanya membawa tas berisikan barang-barang penting tanpa membebankan siapapun untuk membawanya.

Di dalam mobil, keduanya diam. Sandra pun tidak perlu menanyakan ke mana dia akan di bawa, karena Arnes sudah mengatakannya di depan orang tuanya kalau Arnes akan membawa Sandra menetap di Jakarta. Tepatnya, di rumah Arnes sendiri yang katanya sudah dibeli dua tahun yang lalu.

"Mau mampir makan dulu?" Arnes yang dari tadi fokus menyetir tiba-tiba bertanya.

"Enggak. Di rumah ada sayuran?" tanya Sandra, dia membuka topik penting yang sudah dipikirannya dari tadi.

"Rumah udah setengah tahun kosong, jadi gak ada apa-apa," jawab Arnes.

"Belanja dulu," ucap Sandra akhir pada intinya.

"Okeh."

Mungkin, itu merupakan contoh percakapan mereka. Biasa, seperti manusia pada umumnya. Bedanya, keduanya sama-sama tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya seadanya ketika bagaimana mereka berucap.

Beberapa menit di perjalanan, mereka sampai. Memarkirkan mobil terlebih dahulu, dan masuk ke dalam untuk mencari bahan yang diperlukan.

"Cari aja, biar aku yang dorong." Troli yang semula Sandra dorong, diambil alih oleh Arnes. Mereka berdua tidak berdebat, Sandra juga langsung membiarkan Arnes mengambil alih.

"Daging atau ikan?" tanya Sandra. Ikan-ikan di aquarium tampak segar, maupun yang sudah di kemas rapih.

"Dua-duanya." Sambil menjawab, Arnes menunjukkan ikan dan daging yang ingin dia beli.

"Ikan sama daging, masing-masing sepuluh kilogram." Tunjuk Sandra ke ikan dan daging yang Arnes mau.

Belanjaan mereka sudah hampir menumpuk penuh di troli besar. Persediaan harus dibeli secara lengkap. Arnes yang menyuruhnya ketika Sandra ingin menyudahi belanja. Dia, cuman bisa menurut.

"Bentar dulu, mie instan!" Suara Sandra sedikit kencang karena terkejut setelah melewati rak mie beberapa langkah.

Arnes menunggu tak terlalu lama, Sandra juga cepat-cepat mengambil mie yang sudah jadi favorit nya, sampai kedua tangannya sudah penuh dan alhasil mie lainnya berada di pelukannya.

Sandra menaruh sepuluh mie yang diambilnya ke troli. Berniat ingin lanjut kembali jalan tapi suara Arnes menghentikan nya.

"Kebanyakan, kurangi lima." Persetujuan Sandra tidak Arnes dengar, dia langsung menyimpan setengah mie yang Sandra ambil.

Kali ini Arnes bersikap mau sendiri, ini juga demi kesehatan bersama. Terlalu banyak makan mie juga, membuat tubuh menjadi tidak baik-baik saja.

"Langsung pulang aja, gak ada yang dibeli lagi." Sandra memutuskan lebih dulu. Lagian, dia juga sudah lelah setelah berjalan mengelilingi supermarket.

[•••••]

"Barang-barang udah ada di kamar dilantai atas pintu putih," kata Arnes setelah membuka rumahnya setelah lama tak ditinggali. Tapi kadang, dia menyewa orang untuk membersihkan rumah ini seminggu sekali.

I'm With You [END]Where stories live. Discover now