35 : Hilang dan bersatu

19 1 0
                                    

Perjalanan yang Liana tempuh lumayan jauh. Pantai menjadi salah satu tempat tujuannya, tempat ini juga yang dulu selalu dikunjunginya bersama kedua orang tuanya dan kakaknya.

Liana menangis dibibir pantai, mengeluarkan segala kesedihannya di sini. Ombak yang maju mengenai kaki dan gaunnya yang panjang. Liana sudah tidak memikirkan lagi tentang gaunnya yang rusak dan hancur seperti perasaannya sekarang.

Malu tentu saja, dia sangat malu pernikahannya dibatalkan begitu saja. Liana seakan tidak punya wajah untuk pulang, apalagi kembali ke pekerjaannya nanti. Pasti banyak yang mengolok-oloknya, dan Liana merasa tersudutkan.

"Liana ...!" Rani datang, dia tahu tempat anaknya yang dituju.

"Pergi, Bu!" usir Liana, ketika ibunya mendekat.

"Liana, ayo kita pulang. Ikhlas, nak ..., ikhlas," ucap sang Ayah, mengelus-elus pundak anaknya.

"Iya, kamu jangan nangis terus, sayang. Ikhlaskan ...," sahut Rani. Melihat anaknya yang menangis, membuatnya menangis juga.

"Ikhlas gak semudah itu! aku mau tahu, perempuan mana emang yang pernikahannya batal dan ikhlas gitu aja!" seru Liana. Melepaskan paksa kedua tangan orang tuanya yang mengelus pundaknya.

"Setidaknya kamu–"

"Ayah sama ibu mau aku gimana? gak nangis? senyum dan ketawa bahagia gitu?" tanya Liana, tidak habis pikir saja. Dia sekarang hanya perlu mengeluarkan kesedihannya.

Tangisan Liana yang memilukan sangat membuat Rani hancur hatinya. Dia tidak menyangka, pernikahan anaknya akan seperti ini. Liana begitu tertimpa kesedihan dan ujian yang berat.

"Mana bisa ...! calon pengantin Pria aku pergi gitu aja. Pernikahan batal dan semua orang pasti banyak yang membicarakan aku!" keluh Liana. Make up yang semula bagus dan tertata rapi, kini luntur karena air mata yang terus keluar.

"Istighfar, nak. Ini semua takdir dari Allah, walaupun sulit, kamu harus terima dengan ikhlas. Mungkin Arnes memang bukan jodoh kamu. Allah mau kamu bersama yang lain nak. Jangan memaksakan diri kamu ...," tutur Rani, mencoba menenangkan dengan kata-katanya.

"Ayo kembali ke rumah, nak. Kamu harus tenangkan diri kamu, dan mendekatkan diri kepada Allah lagi. Jangan pernah lupakan Allah, apapun yang terjadi sama kamu itu sudah ketentuan Allah di hidup kamu, nak," ujar Agung.

Liana tidak membalas, dia hanya menutup wajahnya dengan kedua datang dan terus menangis. Sedikit hati Liana tersentuh kata-kata ayahnya, selama ini dengan jarak yang cukup jauh dari rumah, Liana memang jarak mendekatkan diri kepada Allah. Sibuk dengan hal dunia yang tidak ada ujungnya, untuk mencapai sesuatu yang terbaik.

Segala bujukan Ayah dan Ibunya, akhirnya Liana mau pulang bersama mereka. Meski memakai syarat, Liana tidak ingin bertemu siapa-siapa, apalagi keluar rumah. Itu disetujui oleh Agung dan Rani.

[••••••]

Arnes membawa Sandra ke hotel yang ditempatinya di Aceh. Dia ingin ada waktu berdua dulu, meski beberapa waktu lalu pernikahannya ditinggalkan begitu saja. Arnes tak memikirkan apapun, yang terpenting dia ingin bersama Sandra dan tidak ingin kehilangannya.

"Ar ..., kamu harusnya di sana ... ."

"Diem, San. Ayah aku udah membebaskan aku buat memilih siapa orang yang aku cintai. Gak ada paksaan lagi, dan gak ada aturan lagi. Kita bisa bersama sekarang." Tidak ingin mendengar apapun, Arnes hanya menegaskan kepada Sandra bahwa semuanya telah selesai. Mereka berdua akan kembali bersama seperti semula.

"Liana, aku gak bisa biarin adik aku terluka, Ar." Perasaan khawatir terus Sandra rasakan. Sandra tahu pasti Liana sangat hancur sekarang. Pernikahan batal dan semua orang tahu.

I'm With You [END]Where stories live. Discover now