09 : Di sisi mu

21 2 0
                                    

Mengurus satu masalah saja Sandra tidak becus sampai Arnes turun tangan dan membantunya. Dia malu, takut dianggap istri yang tidak berguna. Itu sebabnya, Sandra mengajak Arnes jalan-jalan dan mentraktirnya. Balas Budi tersebut juga membuat Sandra bahagia dalam hatinya. Dia baru merasakan menghirup napas lega dan rileks setelah lelahnya mengurus ini itu.

Belum lama dari sakitnya ketika dirawat di rumah sakit, Sandra kembali tumbang karena dipaksa oleh keadaan untuk terus bekerja agar semua lancar kembali seperti semula.

Sekarang, Sandra tertidur di kamar disuruh oleh Arnes untuk tidak bekerja dulu ataupun mengerjakan kegiatan di rumah apapun itu.

Pintu kamar terbuka, Arnes masuk sambil membawa nampan yang berisi semangkok bubur dan segelas air putih.

Melihat Sandra tertidur, Arnes menaruh nampannya di meja kecil dekat ranjang. Dia duduk di sebelah Sandra yang tertidur. Sebelum membangunkannya, Arnes mengecek dengan punggung tangannya ke kening istrinya. Semalam, Sandra memang demam tinggi, tubuhnya menggigil kedinginan.

Arnes merasa bersalah, karena mengajak Sandra hujan-hujanan ketika sudah makan yang dijanjikan Sandra. Seharusnya Arnes tahu keadaan Sandra, dan mungkin tidak akan seperti ini.

"San ..., Sandra bangun ... ." Tubuh Sandra diguncang pelan.

"K-kenapa?" Sandra rasanya tidak kuat untuk membuka matanya. Badannya lemas, dan dia menolak ke dokter ketika Arnes mengajaknya.

"Makan dulu." Arnes sudah memegang semangkok bubur yang sudah di masaknya.

"Aku gak nafsu," tolak Sandra, dia menutup matanya kembali.

"Sedikit aja biar kamu ada tenaga," bujuk Arnes.

"Iya." Sandra mencoba untuk duduk menyandarkan punggungnya ke dipan ranjang dibantu oleh Arnes.

"Aku gak bisa minta libur lagi, nanti ada mamah aku ke sini kalau aku berangkat," kata Arnes sambil menyuapi Sandra.

"Gak usah, aku lebih baik sendiri. Gak mau merepotkan mamah kamu. Lagian, aku cuman mau tidur aja, pasti pas bangun aku langsung sehat lagi." Sandra meyakinkan.

"Kamu kerja aja, kalau kamu gak percaya, kamu telpon aku aja semau kamu itu jam berapa." Kunyahan Sandra begitu pelan, tenggorokannya mencoba menelan bubur yang terasa pahit di mulutnya. Sandra juga mengangguk saja apa yang dikatakan Arnes.

"Maaf ngerepotin," ucap Sandra, terdengar kecil namun Arnes dapat mendengarnya dengan baik. Keadaan rumah juga sangat sepi dan hanya suara mereka berdua.

"Gak papa. Habis ini minum obat dulu sebelum tidur lagi." Arnes juga sudah menyiapkan obat yang dibelinya di apotik.

Sandra menurut saja apa yang Arnes suruh dan lakukan untuk merawatnya. Sandra sadar, dia tidak boleh protes, masih untung ada Arnes dan dia baik. Jadi, Sandra tidak mau merepotkan Arnes lagi dengan dirinya yang keras kepala.

[•••••]

"Nes, nih buat istri lo." Paper bag itu diberikan kepada Arnes dari Ditto.

Tatapan Arnes menyelidik, apa arti sikap Ditto kali ini, dia tumben sekali peduli dan baik.

"Minta apa? jangan ngada-ngada, ya!" tegur Arnes, dia tidak mau pusing.

"Astaghfirullah, Ya Allah Ya Tuhanku ..., hamba yang niat berbuat baik, malah difitnah. Tolonglah hamba mu ini Ya Allah ...," ucap Ditto, penuh dramatis.

"Maaf," balas Arnes. "Makasih." Ditto memang mengetahui kalau Sandra sakit, dia tahu karena Arnes juga cerita dan menjelaskan keterlambatan dan cuti waktu itu selama seminggu.

I'm With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang