20 : Menyadari

25 3 0
                                    

Melakukan suatu kesalahan memang setiap manusia pernah melakukannya. Tapi, tak mudah bagi Sandra karena kesalahannya pada Arnes, Pria pendatang baru di hidupnya. Sandra tidak habis pikir, kenapa Arnes masih berbuat baik padanya, setelah sikapnya yang semena-mena dan meninggalkannya tanpa kabar.

Sandra melupakan perasaan Arnes, Pria itu juga manusia sama sepertinya. Seharusnya, Sandra lebih mengerti perasaannya dan tak menyakitinya dengan sikap yang Arnes sendiri tidak bisa membacanya dalam diri Sandra.

"Kamu di antar sama Pak Jali, hati-hati ya nanti di jalan," ucap Rani. Memeluk anaknya yang akan pulang.

"Iya, Bu. Makasih." Setelah membalas pelukan ibunya, Sandra langsung menaiki mobil.

Barangnya di angkat oleh Pak Jali, selaku sopir Ayahnya di pesantren. Jendela mobil diturunkan, lalu Sandra melambaikan tangannya kepada orang tuanya. Raut wajah ayahnya terlihat masih kecewa, Sandra tidak berani untuk berpamitan lama bersama ayahnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Penerbangannya sekitar 30 menitan lagi, Sandra masih punya banyak waktu dan tidak terburu-buru untuk diperjalanan nya menuju bandara.

Kota Aceh akan Sandra tinggalkan lagi. Kewajibannya yang sudah menjadi seorang istri tidak bisa seenaknya untuk pergi ke mana pun. Harus ada Arnes atau izinnya yang bisa membebaskan Sandra ke mana saja, kalau tujuannya ke tempat-tempat yang baik.

Badannya begitu lelah, banyak ibadah yang Sandra lakukan, sampai dia kekurangan tidur. Sandra yang selalu tidur malam, selalu menyempatkan dirinya untuk sholat tahajud dan mengaji sampai sekiranya dia mengantuk. Pagi, siang, dan sorenya, tidak ada waktu, selain mengajar anak-anak dan waktu untuknya sendiri memikirkan banyak hal.

Makannya juga sedikit, kegelisahan hatinya membuat Sandra tidak enak makan semenjak kedatangannya ke rumah, walaupun masakan ibunya sudah jelas enak bagi siapapun lidah yang mencicipinya.

Selama di perjalanan menuju bandara juga, Sandra menyempatkan menutup matanya, meski terganggu, karena tidur di dalam mobil sangat tidak nyaman dan membuat tubuhnya pegal.

[•••••]

"Pesanan lo, nih." Dua kresek besar Ditto simpan di atas meja makan.

"Mau bikin apa sih rencananya. Perasaan Sandra aja yang pulang, emang dia makannya banyak?" tanya Ziyan. Dia ikut membantu mengantar Ditto yang disuruh belanja oleh Arnes.

"Inisiatif aja sama menu makanan baru. Kalian juga dapet," ujar Arnes, mengeluarkan satu persatu bahan yang sudah dibeli Ditto.

"Effort Arnes bukan main, ini nih yang bikin cewek klepek-klepek," puji Ditto, dia bertepuk tangan.

"Istrinya kali." Ziyan mengoreksi sambil menyenggol lengan Ditto.

"Ayo cepat!" Arnes yang sedang mencuci bahan-bahannya mengintruksikan kepada kedua temannya itu.

"Iya iya, astaga!"

Sepulang kerja di sore hari, Arnes meminta bantuan Ditto dan Ziyan untuk membantunya memasak. Gerri tidak bisa, Pria itu ada jadwal podcast yang diundang oleh salah satu channel. Padahal, Gerri adalah di master nya dalam bidang memasak.

Demi Sandra, Arnes rela meminta izin langsung kepada Direktur agar pulang lebih cepat bersama Ditto. Butuh sedikit perjuangan, tapi Arnes bisa juga mendapatkan izin. Apapun untuk Sandra, Arnes lakukan, karena dia merasa menjadi Pria bersalah di hidup Sandra.

Aku udah di pesawat, kalau sampai di bandara nanti aku kabarin lagi.

Arnes
Mau di jemput?

I'm With You [END]Where stories live. Discover now