30 : Keindahan senyuman

16 1 0
                                    

Hatinya tidak akan pernah mendua dengan wanita manapun. Hanya ada Sandra, tidak dengan yang lain. Pilihan itu tidak bisa Arnes pilih begitu saja, lagi pula Arnes benar-benar tidak peduli kalau Sandra bukanlah anak kandung dari Kyai pemilik pondok pesantren di Aceh. Baginya, kalau dia sudah mencintai Sandra, dan sikap Sandra yang baik dan balik mencintainya, itu sudah lebih dari cukup. Arnes cuman ingin kebahagiaan, dari mana pun Sandra berasal, Arnes menerimanya.

"Kamu udah pulang, ada apa di rumah mamah kamu? salam aku disampaikan, kan?" Menyadari suaminya sudah pulang, Sandra langsung bertanya.

Bukannya Arnes menjawab, tiba-tiba saja suaminya itu memeluk Sandra erat, sangat erat sampai Sandra bingung dengan pelukan tiba-tiba ini.

"Kenapa, Ar? ada masalah di rumah?"

"Emangnya kalau aku peluk kamu harus ada masalah dulu?" Arnes bertanya. Menahan hatinya agar tidak memengaruhi untuk dirinya menangis.

"Gak juga sih? tapi tumben aja," ucap Sandra.

"Aku cuman cape aja. Kamu masak apa?" Sambil terus memeluk, Arnes bertanya tentang pembicaraan yang sebelumnya Sandra katakan bahwa istrinya itu memasak.

"Ada, menunya banyak lagi. Supaya kamu gak bosen."

Arnes melepaskan pelukannya, memegang pundak Sandra dan tersenyum di hadapannya. "Aku lapar."

"Ayo makan!" ajak Sandra, langsung menarik tangan suaminya menuju ruang makan.

Dari mulai Sandra mengambilkan nasi untuknya, Arnes terus saja melamun sambil memerhatikan Sandra. Arnes tidak habis pikir saja, kenapa orang tuanya dan orang tua Sandra setuju begitu saja tentang kedua pilihan yang harus dia pilih. Apa mereka tidak memikirkan perasaan Sandra, terlebih lagi pilihannya yang harus menikahi adiknya.

Arnes tidak bisa membayangkan, bagaimana sakitnya hati Sandra nanti. Jujur, Arnes tidak mau itu terjadi.

Makanan masakan Sandra Arnes makan. Seenak ini, sampai mata Arnes berkaca-kaca karena terbawa suasana dengan masalah yang terus dipikirkan.

"Ar, kamu nangis?" tanya Sandra memastikan. Dia memerhatikan Arnes dari tadi.

"Sedikit, masakan kamu enak, aku gak tahu harus muji nya kayak gimana lagi," jawab Arnes.

"Gak usah puji masakan aku terus, cukup kamu selalu makan sama aku aja, aku udah seneng," ujar Sandra, tersenyum manis kepada Arnes yang menatapnya.

"Iya, aku mau terus makan bersama kamu terus!" tegas Arnes, meyakinkan dirinya untuk mempertahankan Sandra, dan tidak ingin menikahi Liana.

Sandra lebih dari cukup, dia wanita yang membuatnya bahagia, dia wanita yang Arnes cintai untuk pertama kalinya dalam hidup setelah mamahnya. Jangan ada wanita lain lagi ditengah-tengah kebahagiaan yang Arnes dan Sandra rasakan bersama sekarang.

Benar, ketika orang ketiga datang sangatlah menganggu!

[•••••]

"Aku bakalan pulang cepat, kira-kira kamu bisa gak pulang lebih awal sekitar habis ashar?" tanya Arnes, sesudah memberhentikan mobilnya di depan kantor Sandra.

"Bisa aja, kenapa emangnya?" Sandra juga tidak terlalu sibuk, dan dia pimpinan, jadi lebih leluasa.

"Kita jalan-jalan, yuk!" ajak Arnes semangat.

"Jalan-jalan ke mana? kok ngedadak?"

"Kalau ke Raja Ampat kan aku masih belum bisa, kerjaan aku gak bisa ditinggalkan dulu. Jadi, jalan-jalan kecil aja, mengelilingi Jakarta," jawab Arnes. Memang sudah merencanakan ini dari jauh-jauh hari, dia ingin menghabiskan waktu berdua layaknya sepasang kekasih seperti remaja.

I'm With You [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن