05 : Berkunjung tak dihargai

24 6 0
                                    

"Temani Kak Sandra ya, Sania," suruh Arnes kepada adiknya.

"Siap!" balas Sania Elvira-adik Arnes-yang menggandeng tangan Sandra begitu saja dengan erat.

"Mah aku titip Sandra, ya. Nanti Arnes gak akan lama ke sini lagi." Arnes menyalimi tangan mamahnya sesudah mengatakan itu.

"Iya, jangan lama," ucap Tian-ibu Arnes-tubuhnya mendekat ke telinga anaknya, dan berkata, "takut istri kamu gak mau jauh sama kamu." Tian tertawa kecil, Arnes hanya menanggapinya canggung.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab ketiga wanita itu setelah Arnes pergi.

"Ayo masuk." Tian berjalan terlebih dahulu.

Tikar sudah digelar di ruang tamunya yang luas. Sandra memerhatikan sekitar, ada begitu banyak foto, terutama foto keluarga dan foto Arnes waktu kecil maupun proses beranjaknya dewasa. Sudah Sandra simpulkan bahwa Arnes adalah Pria yang dari kecil sudah kaya raya dari lahir, harmonis. Beruntungnya juga orang tuanya mendidik tentang agama dengan baik, dan selalu mendukung tentang pendidikan anak-anaknya.

"Sandra maaf nih mamah udah nyuruh kamu duluan. Tolong tukar air putih ini sama sirup jeruk yang ada di dapur. Tinggal bawa kok, udah dibuat." Tian menyerahkan
wadah air mineral ke Sandra.

"Iya, Mah." Sandra sendirian ke arah dapur, walaupun baru pertama kali, dia sudah tahu tata letaknya, karena melihat Sania juga bolak-balik semenjak masuk rumah dan melepaskan gandengannya.

Sandra hati-hati menaruhnya di atas meja, tapi seseorang tak sengaja menyenggolnya karena terlalu buru-buru untuk keluar dari dapur.

"Aduh, maaf ...," kata orang itu, turut membantu Sandra dan mengambil alih wadah itu untuk ditaruhnya di atas meja.

"Ada apa nih?" tanya Sania.

"Saya gak sengaja nyenggol, ini airnya jadi tumpah ke baju," jelas orang itu, merasa sangat bersalah.

"Gak papa, Bu." Sandra mengipasi bajunya, berharap kering seketika, tapi tidak.

"Ayo pake baju aku, kak. Dari pada basah dan gak nyaman juga."

"Aku nganterin air sirup jeruk ini dulu ke depan, di suruh mamah kamu."

Belum sempat Sandra mengambilnya, tapi orang yang menyenggolnya tadi mengambil alih. "Biar saya aja, mendingan kamu ganti baju."

"Tuh kan ada, ayo, kak!" Sania menarik tangan Sandra.

"Makasih," ucap Sandra.

Sania memilihkan Sandra baju yang sesuai dengan passion kakak iparnya ini di dunia bisnis skincare. Ngomong-ngomong, Sania juga memakai Skincare Sandra.

"Udah ini aja, biar kakak nyaman." Barusan Sandra memilih baju yang dipilihnya, sangat sederhana dari pada yang sebelumnya Sania pilih, begitu tak cocok dengan acaranya ini.

"Ih yang tadi aja, kak, bagus tahu. Kesannya mewah, kayak princess, estetik lagi," saran Sania. Dari pada matanya melihat kaos polos putih dengan bawahan rok cream dan kerudung senada dengan rok.

"Yang penting aku nyaman, Sania. Tadi itu aku kurang nyaman." Sandra protes dengan lembut.

"Okeh deh, pakai apapun, kakak ipar ku ini cantik," puji Sania.

Sandra keluar dari kamar Sania, hendak menghampiri mamah mertuanya, tapi langkahnya terhadang oleh orang berbeda.

"Kamu bawa piring ini di ke dapur," suruhnya. Setumpuk piring Sandra terima, dia letakkan di wastafel untuk beberapa pembantu yang akan mencucinya.

I'm With You [END]Where stories live. Discover now