17 : Menjauh untuk menyembuhkan

28 2 0
                                    

Sandra gelisah, dia tidak mengerti kenapa dirinya sangat ketakutan ketika melihat Fahmi maupun Arnes. Sandra tidak bisa tenang, selalu panik setiap saat. Dia harus menjernihkan pikiran dan hatinya, dan harus meluruskan niat di hatinya harus bagaimana.

Keputusan yang Sandra ambil tidak akan bilang kepada siapa-siapa. Setelah lari begitu saja dari hadapan Fahmi, Sandra langsung pulang, buru-buru mengemasi baju-bajunya ke koper dan membawa barang seadanya untuk dibawa ke rumahnya di Aceh.

Tiga hari setelah pernikahan Fahmi, Sandra merasa ada yang salah dengan dirinya, apalagi kalau melihat Arnes. Di situ rasa bersalahnya muncul, dan Sandra tidak kuat untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Assalamualaikum, Feb. Untuk beberapa hari ini, saya gak bisa masuk ke kantor. Tolong handle apapun itu untuk saya, dan segala pertemuan-pertemuan tolong dibatalkan segera. Kalau ada masalah sangat penting, cukup kirim pesan aja."

"Waalaikumussalam, baik, kak."

Febri tidak terlalu penasaran untuk menjaga privasi bos nya itu. Cukup menuruti saja apa perintah atasannya, terlebih lagi Febri melihat Sandra begitu banyak pikiran akhir-akhir ini.

Barang-barang sudah Sandra kemas, dia langsung mengeluarkan mobilnya setelah menelpon Febri tadi. Memasukkan kopernya ke bagasi dan mulai menyetir untuk keluar dari halaman rumah, tidak lupa untuk mengunci gerbangnya kembali.

Untuk beberapa hari ke depan, mungkin Sandra harus menjauh dulu dari Arnes. Sandra merasa bukan dirinya setelah mengingat hari-hari sebelumnya, yang di mana Arnes memenangkannya ketika hujan, mengobrol bersama, dan tidur dengan jarak yang dekat berdua. Ini pertama kali bagi Sandra, itu sebabnya dia merasa ini salah.

Ya, Sandra menganggap salah walaupun mereka suami istri. Sandra tahu Arnes ingin kebebasan, menjalin asmara dengan wanita lain yang jelas jauh berbeda dengan kepribadiannya yang kaku. Mungkin saja, Sandra terlalu merepotkan dan mengekang Arnes di hari-hari sebelumnya.

Jangan sampai, Sandra hidup bergantung kepada orang lain, sekalipun Arnes adalah suaminya. Hal lumrah bagi manusia itu, adalah sumber traumanya bagi Sandra.

Sandra harus belajar kembali tanpa Arnes, kehadiran Pria itu sedikit merubah hidupnya yang selalu Sandra jalani. Bahkan, Fahmi tidak bisa mengubahnya walaupun mereka berdua sudah cukup kenal lama.

[•••••]

Entah di rumah ada makanan atau tidak, Arnes tetap membawakan makanan manis untuk dirinya dan Sandra makan bersama, dua kotak butter sweet dengan rasa matcha dan coklat Arnes beli, keduanya sama-sama kesukaan Sandra. Arnes tipikal pemakan apapun rasa itu, kecuali dia sangat tidak menyukai rasa durian.

Ketika mobilnya masuk ke halaman rumah, Arnes mengernyitkan dahinya. Bagasi dalam kosong, segera mungkin Arnes turun dari mobil dan mengeceknya lebih dekat.

Mobil Sandra tidak ada, benar apa yang diduganya. Arnes segera masuk ke dalam rumah yang dikunci dari luar. Masing-masing memang memegang kunci rumah, itu sebabnya Arnes dapat masuk.

"Sandra ...," panggil Arnes, suaranya memenuhi seisi rumah.

Pertama yang Arnes lihat ke kamar untuk mencari Sandra. Lagi, kamarnya masih sepi, Arnes melihat jam di dinding kamar, ini bahkan sudah sangat larut dan Sandra masih belum pulang. Arnes pikir, Sandra sudah tertidur dari pada menunggunya pulang.

Jujur saja, Arnes mengkhawatirkan Sandra. Arnes ingin tahu bagaimana Sandra sekarang setelah terakhir kali melihatnya lari begitu saja melihat Fahmi.

Semalaman, Arnes mencoba berpikir positif tentang Sandra yang masih belum pulang. Tidur pun, dia tidak tenang, bayang-bayang wajah Sandra memenuhi pikirannya. Ditambah turunnya hujan yang begitu saja tanpa ada gemuruh dari langit.

I'm With You [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن