34 : Kebahagiaan siapa

22 2 0
                                    

"San, Sandra kamu mau ke mana?" Sandra dihadang oleh Arnes ketika hendak keluar rumah.

"Arnes kamu besok menikah, dan kamu belum memutuskan pilihan kamu, lebih baik aku pergi aja," putus Sandra yang sudah dipikirkan matang-matang.

"Gak!" Arnes menggeleng, "Kamu gak boleh pergi!"

"Kalau kamu gak memutuskan pilihan kamu. Biar aku aja."

"San ... ." Arnes berkata lirih.

"Ayo kita pisah."

"Gak, aku gak mau! kita gak akan pernah pisah!" tekan Arnes. Kedua tangan Sandra digenggam erat.

"Ar ..., aku juga gak mau dipoligami. Aku udah pernah bilang, kalau aku terlalu takut dengan kata bahagia yang berujung aku sendiri yang tertekan," ujar Sandra merasa dirinya sekarang harus kembali ke awal.

"Kamu bahagia sama aku gak bakal tertekan, San. Aku akan prioritas kan kamu dari apapun," ucap Arnes begitu meyakinkan Sandra.

"Kalau kamu kayak gitu aku lebih kecewa sama kamu. Aku gak bisa biarin adik aku disakitin."

Membingungkan, Arnes tidak tahu harus menghadapinya bagaimana. Antara memilih kakak atau adiknya, pasti salah satunya akan merasa tersakiti. Tapi kenapa harus Sandra? dia wanita yang paling Arnes jaga, dan dia yang menyakitinya sendiri.

"Sandra ..., aku juga gak bisa biarin kamu tersakiti kayak gini. Aku udah pernah bilang untuk membuktikan kalau aku akan terus bersama kamu."

"Bukti tanpa janji itu gak bisa kamu buktikan."

"Semua orang tahu bukti lebih penting dari pada janji, itu sebabnya aku gak membuat janji sama kamu Sandra."

"Udah, Ar ..., kita gak bisa sama-sama lagi. Mau bukti ataupun janji, semua akan kalah sama keadaan kita. Gak! lebih tepatnya hidup aku," ujar Sandra sudah merasa lelah dengan perdebatan ini.

"Hidup kamu? aku sendiri udah pernah bilang, aku gak peduli!" Arnes memeluk Sandra, dia benar-benar tidak ingin kehilangan Sandra.

"Kita memang saling mencintai, Ar. Tapi karena aku, karena keadaan kita yang realita nya kamu gak ditakdirkan sama aku. Kita ..., gak bisa bersama."

Terlalu larut dengan pelukan Arnes, Sandra melepaskannya paksa. Pergi keluar rumah sambil mendorong kopernya yang sudah dia kemas baju-bajunya. Terlalu sakit juga ketika Arnes sibuk ditelpon sana sini tentang pernikahan, dan dia hanya bisa diam melihat.

"Sandra ...!" panggil Arnes. Dia menahan tangan Sandra ketika ingin menaiki taksi online yang sudah ada di depan gerbang.

"Aku akan urus surat perceraian kita," ucap Sandra, melepaskan paksa tangan Arnes.

"Jangan pergi, Sandra. Aku sama sekali gak izinin kamu buat meninggalkan rumah ini!" Arnes bersikap tegas, dia terlalu takut.

"Ar ..., kamu harus ngerti. Aku gak bisa sama kamu lagi, tolong bahagiakan adik aku," pinta Sandra.

Taksi online itu membawa Sandra di dalamnya. Arnes berlari mengejar setengah jalan, tapi kakinya tak kuat dan berhenti terduduk di jalanan.

"Aaahhkk ...! Sandra ...!" teriak Arnes.

Tangisnya tidak bisa ditahan, Arnes memukul-mukul angin tak ada tempat pelampiasannya. Baru kali ini dia dibuat lemah oleh seorang wanita. Cinta memang merubah segalanya, dan cinta begitu menyakitkan.

"Nes, lo gak boleh kayak gini." Ditto datang bersama Ziyan dan Gerri. Rencananya memang ketiganya akan ikut bersama Arnes ke Aceh.

"Sandra ..., dia ninggalin gue," kata Arnes, menunjuk jalan yang dilewati taksi yang membawa Sandra di dalamnya.

I'm With You [END]Where stories live. Discover now