16 : Apa gunanya aku

24 2 0
                                    

Tadi pagi, Arnes mencari Sandra ke setiap ruangan yang ada di dalam rumah, tapi sama sekali tidak mendapati istrinya itu. Arnes kembali ke kamar, mengecek ke meja rias, saat itu juga Arnes menghela napasnya lega. Tas dan lipstik Sandra tidak ada, berarti istrinya itu sudah pergi duluan tanpa berpamitan padanya.

Arnes juga siap-siap sendiri, turun ke bawah dan rupanya ada sepiring nasi goreng yang sudah disiapkan oleh Sandra. Untungnya Arnes ke dapur yang awalnya ingin meminum air putih terlebih dahulu. Menyempatkan untuk sarapan masakan Sandra, agar tidak mengecewakan istrinya ketika pulang nanti kalau saja nasi gorengnya tak tersentuh sama sekali.

Arnes tak marah Sandra pergi lebih dulu. Mungkin saja, Sandra ingin waktu sendiri untuk menjernihkan hati dan pikirannya.

Hari ini, jadwal Arnes tak banyak karena mendekati hari libur di hari minggu. Cukup melihat proyek yang sedang di bangun, dan membahas kendala pembangunan kepada mandor yang memimpin. Arnes juga sudah bertemu dengan Arsitek yang merencanakan proyek ini bakalan gimana. Semua sudah terkendali dari segi manapun.

Rencananya, proyek pembangunan ini kalau sudah selesai akan dijadikan perkantoran mewah yang dimiliki oleh orang Jepang.

Ini bukan pertama kali bagi Arnes, tapi pertama kali bekerja dalam tahap pembangunan sambil memikirkan Sandra. Itu bedanya.

"Yan, lo akhir-akhir ini sibuk banget, yah," ucap Ditto. Sedang berkumpul seperti ini pun, Ziyan masih membaca dokumen-dokumen nya yang dibawa.

"Kasus apaan sih emang?" Gerri kepo, menggeser tubuhnya sesaat ke dekat Ziyan.

"Kasus bullying," jawab Ziyan.

"Hati-hati, Yan. Salah membela lo, gue gak suka ya pengacara tugasnya bela orang yang salah," cetus Ditto.

"Enggal lah!" serang Ziyan langsung. "Gue malah membela orang yang di bully, dia di fitnah!" jelas Ziyan.

"Oh, kirain." Gerri mengangguk-angguk, penampilannya yang sudah terbilang perfect selalu saja Selfi dengan gaya berbeda-beda.

"Ini lagi, kenapa nih suami Sandra," sindir Ditto lebih jelas.

"Kalau Sandra masih ingat masa lalunya, gue harus apa?" Tiba-tiba saja, Arnes bertanya membuat ketiganya berhenti bergerak dari aktivitasnya.

"A–apa, Nes, apa?" tanya Gerri sekali lagi. Bukan tak mendengar, dia hanya ingin memastikan kalau Arnes lah yang bertanya.

"Gak ada diulang-ulang!" tekan Arnes.

"Apa, ya ...?" Ditto berpikir sejenak. "Tergantung lo nya sih menurut gue, kalau lo cinta sama Sandra, ya ... buat di sampai ngelupain masa lalunya. Tapi kalau lo gak cinta, ya terserah Sandra mau ingat atau enggak. See, bawa simple aja."

"Viral kan tuh cowok masa lalu Sandra!" saran Gerri memburu.

"Atau mau gue jeblosin ke penjara," sahut Ziyan.

"Gue yakin, saran gue lebih baik," kata Ditto, sangat yakin setelah mendengar kedua teman yang lainnya memberikan saran yang sangat tidak patut untuk di lakukan.

"Kenapa lagi sih emang? Sandra gak terima ya nikah sama, lo?" Pertanyaan Gerri sedikit nyelekit ke hati.

"Gak tau," jawab Arnes.

"Ya udah balik ke diri lo sendiri yang apa-apa pasrah." Ucapan Gerri lagi-lagi membenarkan siapa diri Arnes.

Gerri tak salah, memang Arnes selalu pasrah, lebih tepatnya dia memiliki mindset.
'Kalau ingat Allah, pasti semua akan baik-baik saja'

Dari ketiga temannya, Arnes lah yang paling taat kepada agama. Arnes juga yang mengajak mereka ke jalan kebaikan ketika dulu, ketiganya berperilaku bebas tak memiliki tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai. Bagi ketiganya, Arnes penyelamat sampai sekarang. Jadi kalau Arnes ada apa-apa atau Arnes membutuhkan bantuan, mereka siap di garda terdepan.

I'm With You [END]Where stories live. Discover now