Menahan Kecewa

793 39 0
                                    

Cinta bukan selalu tentang rasa bahagia. Namun, terkadang juga berbicara tentang rasa sakit.

Ishana berusaha menguatkan hatinya. Seharusnya dia mengabaikan chat mesra suami dengan sahabatnya itu. Seharusnya Ishana melupakan perkataan Arini. Namun, hatinya masih tak tenang. Dipandanginya Arjuna yang sedang bermain dengan Ziva. Mengingat sang suami masih memeluk, mencium dan memanggilnya "sayang" –dia yakin suaminya tidak mungkin berkhianat. Mas Juna enggak mungkin berselingkuh, tegas Ishana sekali lagi dalam hati. Namun, terdorong oleh rasa penasaran, Ishana tetap akan menyelidiki hubungan apa yang sedang terjalin antara sang suami dengan Arnetta.

"Mas, lusa kamu jadi ke Surabaya?" tanya Ishana. Arjuna menoleh dan mengangguk.

"Jadi, kenapa?" tanyanya.

"Nanti kalau kamu ke Surabaya, boleh ya, aku minta Netta menginap di sini?" Ishana mulai melancarkan aksi menyelidiki.Terdengar helaan napas Arjuna. Laki-laki itu menghampiri sang istri dan duduk di sampingnya

"Boleh. Kamu sudah menghubungi Netta?" tanyanya sambil menjawil mesra hidung istrinya. "Belum," jawab Ishana sambil meraih telepon genggamnya, mencari nomor sahabatnya itu dan mulai mengetik pesan. Matanya sesekali melirik suaminya yang kembali asyik bermain dengan Ziva.

"Nett, lagi apa?" Ketik Ishana memulai pesan.

"Eh, Hana, ada apa?"

"Lusa nginep, ya, di rumahku. Mas Juna ada meeting di Surabaya selama dua hari."

"Lusa?"

"Iya, bisa 'kan"

"Aduh, sorry banget, Han. Lusa aku harus ke Hongkong, menggantikan bosku meeting di kantor pusat."

"Yaaah, jadi enggak bisa, ya?"

"Jangan sedih begitu. Gimana kalau kita hangout, yuk! Kayak biasa pas jam makan siang atau habis pulang kantor, mau ya? Aku, deh, yang traktir."

"Ok, deh, kita janjian di mana?"

"Popolo Café, ya, Han, jam sembilan."

"Ok, see you tomorrow."

Ishana menutup chat-nya dengan Arnetta. Kemudian dia menyimpan ponselnya dan kembali duduk di sofa.

"Kenapa, Sayang? Bisa Netta nginep di sini nanti?" tanya Arjuna seraya duduk di samping sang istri.

Ishana menggeleng lalu menyandarkan kepala pada bahu suaminya. Arjuna mendengar helaan napas dari istrinya itu. Dirangkulnya sang istri lalu mengecup puncak kepalanya dengan sayang.

"Jangan khawatir, aku pergi hanya dua hari. Ada Bik Siti juga, kan, yang menemani kamu dan anak-anak," ucap sang suami.

Ishana beranjak dari pelukan suaminya, meraih Ziva dan menggendongnya.

"Abang, sudah waktunya tidur. Bereskan mainan-mainannya, lalu tidur, ya, Nak." Ishana berkata pada Raka, putranya. Kemudian dia melangkahkan kaki menuju lantai atas untuk menidurkan Ziva.

Ishana memeluk putrinya dan berusaha memejamkan mata. Ternyata isi chat itu benar. Baru kali ini Arnetta menolak menginap di rumahnya. Biasanya sahabatnya itu dengan senang hati menginap di rumahnya jika Arjuna sedang melakukan perjalanan bisnis. Arnetta senang bermain dengan kedua anaknya dan menyukai masakan Bik Siti. Mungkinkah memang benar sahabatnya itu pergi bersama Arjuna ke Surabaya? Ishana bertanya dalam hati. Tanpa terasa air matanya mengalir. Ishana berusaha menahan tangisnya agar tidak membangunkan Ziva.

Perempuan itu memeluk sang putri dan memejamkan matanya, berusaha untuk tidur dan melupakan sejenak masalahnya. Terdengar suara derit pintu dan suara langkah kaki mendekat. Tak lama kemudian Ishana merasakan tangan Arjuna melingkar di perutnya.

Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang