Dia yang Pernah Hadir

475 39 0
                                    

Ishana memasrahkan urusan pernikahannya kepada sang ibu dan Umi Halimah mengingat ini pernikahan keduanya, Ishana ingin acara yang sederhana saja. Begitu juga dengan Ardi. Mereka akan menikah bulan depan dan tanggal sudah ditentukan. Keluarga Ardi berjanji akan mengurus acara pernikahan Ardi dan Ishana.

Ishana meminta izin pada Khadijjah untuk pergi ke Jakarta. Entah mengapa dia ingin menjual apartemen miliknya yang dulu dibelikan oleh Arjuna. Ishana meminta izin pada Khadijjah untuk menginap satu hari sekalian bertemu dengan Raka.

"Apa kamu juga akan bertemu dengan Juna?" tanya Khadijjah sesaat sebelum Ishana pergi.

"Entahlah, Bu, aku masih belum tahu. Aku khawatir Netta akan cemburu jika aku bertemu Mas Juna," jawab Ishana.

"Mungkin lebih baik aku enggak bertemu dengan Mas Juna. Aku akan menemui Raka di sekolahnya saja."

"Hati-hati ya, Nak. Jaga diri selama di Jakarta. Semoga urusanmu diberikan kelancaran," kata Khadijjah sambil mengantarkan Ishana ke mobil.

Ishana mengangguk.

"Aku titip Ziva ya, Bu. Dia pulang sore karena langsung ke Madrasah," pesan Ishana seraya mencium tangan sang ibu.

Lalu dia masuk ke dalam mobil. Honda Jazz merah itu meluncur meninggalkan Bogor.

Dua jam kemudian, Ishana sudah sampai di Jakarta. Setelah mengurus penjualan apartemennya, dia melangkahkan kaki menuju suite miliknya. Ishana menekan kode pada pintu dan masuk. Apartemennya terlihat rapi dan bersih. Mungkin Mas Juna masih suka ke sini. Perempuan itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Foto-fotonya masih ada, termasuk foto pernikahannya dengan Arjuna. Foto-foto kedua anak mereka pun masih terpajang rapi. Ishana sudah menghubungi Arini untuk membantunya membereskan barang-barang miliknya. Sahabatnya itu berjanji untuk datang nanti sore.

Ishana berjalan menuju kamar utama dan membuka pintunya. Sejenak dia tertegun memandang suasana kamar. Sungguh rapi. Mungkinkah Mas Juna baru dari sini? batinnya bertanya. Wangi pengharum ruangan masih terasa olehnya. Ishana membuka lemari pakaian dan kembali terkejut ketika melihat beberapa pakaian milik sang mantan suami masih berada di sana. Perempuan itu menghela napas panjang lalu berjalan keluar kamar.

Dia menghampiri meja kerja Arjuna dan duduk di sana. Tangannya meraih selembar kertas dan menulis surat untuk lelaki yang pernah dicintainya itu.

Assalamualaikum Mas Juna. Aku minta maaf telah mengabaikanmu beberapa minggu ini. Maaf telah mebuatmu menunggu. Lepaskan aku, Mas. Biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri. Ikhlaskan perpisahan kita. Terima kasih sudah mencariku dan Ziva selama ini. Terima kasih untuk tetap mencintaiku. Namun, berikanlah cintamu sepenuhnya untuk Arnetta dan Maura. Bagaimanapun kondisi Maura, dia tetap darah dagingmu. Tetaplah berada di samping Arnetta. Aku akan mendoakan yang terbaik untukmu, Arnetta dan Maura. Semoga suatu saat nanti, kita bisa sama-sama melepaskan ego masing-masing demi Raka dan Ziva. Wassalam. Hana.

Tanpa terasa air mata Ishana menetes. Akhirnya dia harus benar-benar melepas Arjuna dari hidupnya. Andai sang mantan suami hadir sebelum Ardi, mungkin Ishana akan menerima ajakan rujuk darinya. Andai tidak ada Maura mungkin mudah untuknya kembali pada Arjuna. Perempuan itu mengusap air matanya perlahan dan memutar kursi menghadap jendela apartemen.

Hari sudah menjelang sore. Dirinya memang ingin sejenak berada di sini. Ishana ingin menikmati kenangan bersama Arjuna di sini, tempat pertama kali mereka menjadi sepasang suami istri. Tiba-tiba pintu ponselnya berbunyi singkat. Pesan singkat dari Arini bahwa dia sebentar lagi sampai. Ishana meletakkan pulpen di atas surat. Dia akan menghubungi Arjuna besok sebelum pulang ke Bogor.

Sisa hari Ishana habiskan dengan membereskan barang-barang miliknya dibantu oleh Arini. Esoknya sebelum meninggalkan Jakarta, Ishana menemui Raka sesaat sebelum putra sulungnya itu pulang sekolah. Mereka berbincang sebentar di taman dekat sekolah Raka sambil makan es krim. Pelan-pelan Ishana menceritakan tentang Ardi yang sebentar lagi akan menjadi ayah tiri kedua anaknya itu. Perempuan itu bersyukur bahwa Raka mengizinkannya untuk menikah lagi. Bahkan putranya itu berjanji akan menghadiri pernikahan sang ibu. Sebelum berpisah, Ishana memeluk Raka erat.

Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)Where stories live. Discover now