Permintaan Ardi

550 33 0
                                    


Tiba di Rumah Sakit, Ardi langsung menuju kamar rawat inap Salwa. Gadis itu duduk di tepi ranjang menanti kedatangannya. Koper miliknya sudah siap di dekat sofa.

"Sudah siap?" tanya Ardi datar.

Salwa mengangguk dan menyunggingkan senyum tipis.

"Aku selesaikan administrasi dulu." Ardi meraih koper Salwa dan melangkah keluar kamar. Salwa mengekor di belakangnya.

Setelah menyelesaikan pembayaran, Ardi bergegas menuju mobil dan memasukkan koper ke dalam bagasi. Lelaki itu sedang tidak ingin banyak bicara.

Melihat Salwa yang mematung di sisi mobil, Ardi menegurnya, "Kenapa kamu diam di situ? Jangan harap aku akan membukakan pintu untukmu, Salwa. Ayo cepat masuk. istriku sudah menunggu di rumah!" perintah Ardi.

Tak ingin membuat Ardi tambah marah, Salwa bergegas masuk dan memasang seat belt.

Sebelum menstater mobilnya, Ardi mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana dan mengetik pesan untuk Ishana.

"Assalamualaikum, Sayang. Aku pulang terlambat, ya. Makan dan tidurlah duluan."

Lelaki itu menunggu sesaat, berharap sang istri segera membalas pesannya. Namun sia-sia. Pesannya masih centang satu.

"Kamu kirim pesan untuk siapa, Mas? Lama sekali. Katanya harus buru-buru pulang," sindir Salwa.

Ardi menoleh dan menatap Salwa tajam.

"Hana," jawab Ardi singkat.

Lalu lelaki itu menjalankan mobilnya meninggalkan Rumah Sakit.

"Mas, kamu kasih tahu istrimu kalau mau jemput aku?" tanya Salwa.

"Menurutmu?" Ardi balik bertanya dengan nada ketus.

Salwa menarik napas panjang.

"Kenapa sih, Mas, kamu akhir-akhir ini menjaga jarak denganku. Kita tidak seperti biasanya. Dulu, waktu Kak Fatma masih ada, kamu enggak sesinis itu sama aku," kesal Salwa.

"Jangan bawa-bawa Fatma," Ardi mulai emosi.

"Kamu tahu, 'kan kalau aku sekarang sudah punya keluarga. Ada Hana dan anak-anak. Jadi, tolong kamu jaga sikapmu," Ardi mulai tegas.

"Tapi mereka bukan anak-anak kandungmu, Mas," ucap Salwa.

Ardi menarik napas kesal.

"Jaga bicaramu, Salwa!" ucapnya dengan nada tinggi.

"Kamu marah karena aku menyukaimu? Karena aku ingin menjadi istrimu? Kalau begitu buat apa kamu berjanji akan menikahiku, Mas!" teriak Salwa.

Ardi tidak ingin terjadi apa-apa karena mereka ribut di mobil. Lelaki itu menepikan Pajeronya, kemudian membalikkan badan menghadap Salwa.

"Salwa, dengar ini baik-baik. Aku bukan lelaki pengecut. Lelaki itu yang dipegang janjinya. Kita akan menikah seperti maumu dan janjiku. Kamu tidak perlu khawatir. Soal Hana, biar aku yang urus," ucap Ardi.

Mata Salwa berbinar mendengar kalimat dari Ardi meski diucapkan penuh amarah.

"Hanya aku mempunyai permintaan. Sanggup tidak sanggup kamu harus memenuhi permintaanku. Jika tidak, aku tidak akan menikahimu. Terserah kamu mau coba bunuh diri lagi untuk mencari perhatian aku dan keluargaku, aku enggak peduli," lanjut Ardi.

Salwa tercekat dan menunduk, tidak memiliki keberanian untuk memandang wajah Ardi.

"Permintaan apa?"

Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)Where stories live. Discover now