Kebimbangan

586 38 0
                                    

Jika bersamamu adalah hal yang menyakitkan lantas mengapa ketika melepasmu tidak membuatku bahagia?

Ishana memandang keluar jendela kamar. Dia sudah mengira bahwa Arjuna pasti hadir di resepsi pernikahan Alya dan Bayu. Bayu sudah lama bekerja di perusahaan milik Arjuna dan sampai sekarang pun dia masih bekerja di sana. Rasanya mustahil jika Arjuna tidak menghadiri pernikahan anak buah kesayangannya itu. Entah bagaimana Arjuna menemukannya. Tiba-tiba saja tadi mantan suaminya sudah berada di depan rumahnya.

Bayangan masa lalu tiba-tiba melintas di kepalanya. Ishana mencoba mengabaikan, tapi masih tidak bisa hilang. Mereka takada hubungan apa pun saat ini, seharusnya dia tidak perlu lagi memikirkan Arjuna. Namun, tidak bisa dipungkiri ada Raka dan Ziva , kedua buah hati mereka. Ishana menyadari bahwa sudah seharusnya dia kembali menjalin komunikasi dengan mantan suaminya itu demi kepentingan kedua anak mereka. Tapi Arnetta? Sejujurnya dia belum bisa melupakan pengkhianatan sahabatnya itu. Apalagi akhirnya Arnetta mengandung anaknya Arjuna. Ribuan kali sahabatnya itu meminta maaf, Ishana tetap bergeming. Haruskah dia memaafkan perempuan yang kini menjadi ibu tiri anak-anaknya?

Empat tahun berlalu. Dalam jangka waktu selama itu membuat Arjuna berubah. Tubuhnya lebih kurus, wajahnya terlihat tegas dan dewasa. Bulu-bulu halus terlihat tumbuh di sekitar rahangnya. Rambutnya yang dulu rapi kini sedikit gondrong. Namun, mantan suaminya itu masih terlihat tampan.

"Mau sampai kapan lo seperti ini?" suara Arini membuat Ishana menoleh.

Arini berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Ibu bilang tadi pagi Arjuna ke sini?" tanya Arini sambil menghempaskan tubuh di kasur. "Lo jam berapa dari Jakarta?" Ishana berusaha mengalihkan perhatian.

Arini menatap Ishana alih-alih menjawab pertanyaannya.

"Han, mulai sekarang jangan dipikirin lagi si Arjuna. Move on! Buktiin sama dia bahwa hidup lo dan Ziva bisa jauh lebih baik tanpa dia. Lagian dia, kan, udah bahagia sama Arnetta. Mereka berdua cocok, sama-sama pengkhianat! Jangan merugikan diri lo sendiri dengan memikirkan orang yang enggak tepat," tutur Arini dengan raut wajah kesal.

Selama ini enggak mudah buat aku, Rin. Ada anak-anak," ujar Ishana pelan.

Arini menghela napas. Sangat sulit menasehati Ishana yang Arini yakin masih mencintai Arjuna. Dia memaklumi karena dulu Ishana dan Arjuna adalah pasangan suami istri yang harmonis dan saling mencintai. Sebagai sahabat, Arini juga merasa sakit hati melihat Ishana disakiti oleh mantan suaminya itu. Tapi Arini juga tidak ingin sahabatnya itu terjebak dengan masa lalunya lebih lama. Apalagi untuk kembali ke Arjuna, Arini tidak akan pernah menyetujuinya.

"Lo ada di sini juga karena mau hidup lo tenang, 'kan? Ya, udah ikhlasin dia. Cari yang baru. Lelaki di dunia ini enggak cuma Arjuna," ujar Arini.

Ishana terdiam mendengar ucapan Arini. Tidak bisa dipungkiri ucapan sahabatnya ini tidak sepenuhnya salah. Sejak perceraiannya dengan Arjuna, Ishana menutup diri sehingga membuatnya terus terjebak dengan luka lama. Arnetta telah berhasil merusak rumah tangganya. Merenggut paksa Arjuna dari sisinya. Tapi bukan berarti bahwa wanita itu juga bisa merusak kehidupannya. Biarlah perbuatan mereka nantinya akan mereka pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan. Ishana memejamkan matanya.

"Kata Ibu, ada Ustaz ganteng yang lagi deket sama lo, Han?" tanya Arini sambil membalikkan badan ke arah Ishana.

Wanita itu mendengkus melihat sang sahabat sudah tertidur nyenyak.

***

Ishana memandang amplop cokelat di tangannya. Tadi sore, Umi Halimah dan Ustaz Yusuf-suaminya mengajaknya bertemu. Pertemuan singkat yang berlangsung di teras masjid Al Munawar, setelah Ishana menunaikan salat Zuhur dan bersiap untuk pulang. Ustaz Yusuf tidak mengatakan apa isi amplop tersebut, hanya menyerahkannya disertai senyum. Dia meminta Ishana membuka dan membacanya di rumah.

Kini amplop di tangannya siap dibuka. "Bismillah." Perlahan Ishana membuka amplop tersebut, mengeluarkan dua lembar kertas putih. Lembar pertama berisi biodata seseorang. Ardi Mahendra Al Haqqi. Seulas senyum menghiasi bibirnya. Lalu, dia membaca lembar kedua.

Assalamualaikum. Untukmu calon bidadariku. Dalam ikhtiar, aku memantaskan diri sambil berdo'a agar aku dimampukan dalam mengusaikan penantian untuk sebuah nama di Lauhul Mahfudz. Saat rindu, aku hanya bisa menyelipkan namamu dalam doaku. Doaku selalu agar Allah memudahkan jalanku untuk menjemputmu sebagai bidadariku. Salam Taaruf. Ardi Mahendra Al Haqqi.

Ya Allah. Hati Ishana bergetar membaca surat itu. Dia memasukkan kembali biodata Ustaz Ardi ke dalam amplop, lalu menaruhnya di dalam laci meja rias. Ishana memejamkan mata sejenak, memikirkan apa yang terjadi jika dirinya mengiyakan proses taaruf yang diajukan pria tersebut. Apalagi sejak pertemuannya kembali dengan Arjuna, Ishana menyadari bahwa perasaan untuk mantan suaminya itu belum luntur. Dia tidak yakin bisa membangun cinta kembali dalam keadaan hati seperti ini. Ishana butuh waktu untuk memikirkan keputusannya dan langkah apa yang akan diambilnya. Dia akan menyerahkan semua pada Allah. Wanita itu segera berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudu dan salat Istikharah.

***

Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)Where stories live. Discover now