Tetaplah di Sisiku

745 41 6
                                    


"Assalamualaikum," sapa Ardi sambil membuka pintu kamar. Namun, tidak ada jawaban. Ardi melihat Ishana sedang tidur dengan posisi membelakanginya. Terdengar isak tangis dari mulut istrinya itu.

"Hana, kamu kenapa?" Ardi bergegas menghampiri sang istri dengan raut wajah panik.

"Sayang, ada apa? Ada yang sakit?" tanya Ardi setelah berada di sisi Ishana. Tangannya bergerak mengelus-elus perut Ishana.

"Hana, tolong jawab aku. Jangan kayak gini. Ardi mengusap-usap rambut istrinya pelan.

Ishana menghentikan tangisnya dan bangun dari tidur. Perempuan itu menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur. Ardi menyimpan bantal di punggung Ishana agar merasa nyaman, lalu menggenggam tangannya.

"Mau cerita?" tanyanya.

Ishana melepaskan genggaman tangan sang suami dan menatap Ardi tajam.

"Mas yang harusnya cerita!" kata Ishana dengan nada tinggi.

Ardi tersentak kaget. Belum pernah istrinya semarah ini. Ishana adalah istri yang santun dan selalu berkata lemah lembut.

"Maaf," lirih Ishana lalu mengusap air matanya dengan ujung khimar.

Ardi menghela napas panjang.

"Kenapa selama ini, kamu enggak jujur sama aku, Mas? Kamu masih berhubungan dengan Salwa, kan? Kamu masih mengikuti maunya gadis itu, bahkan kamu akan menikahi dia, benar?" ucap Ishana dengan nada emosi.

Ardi terkejut mendengar perkataan sang istri.

"Darimana kamu tahu kalau A-ku─"

"Benar kan kalau kamu akan menikah dengan dia?" Ishana memotong kalimat Ardi.

"Aku mau kita pisah aja," ucap Ishana dengan nada lirih."Kamu udah enggak jujur sama aku, Mas."

Ardi meraih tangan sang istri dan menggenggamnya erat.

"Dengarkan aku dulu, Sayang. Aku tidak sengaja mengucapkan janji akan menikahinya ketika Salwa hendak melakukan bunuh diri di atap gedung rumah sakit. Maafkan aku, Hana. Aku melakukan itu karena tidak ingin Salwa meloncat dari atap itu," Ardi menjelaskan panjang lebar pada Ishana.

Ishana kembali terisak.

"Kenapa harus kamu yang selalu menolong dia? Apa enggak ada orang lain? Kafka? Asep? Kenapa sih mesti kamu, Mas?" teriak Ishana. Apa kamu mencintainya? Itu sebabnya kamu mau menjadikan Salwa istri kedua?"

Tak tahan melihat sikap Ishana, Ardi memeluk sang istri. Tanpa sengaja air matanya ikut jatuh.

"Aku minta maaf kalau sudah enggak jujur sama kamu. Aku enggak ingin membuat kamu kepikiran dengan masalah ini. Aku enggak mau kandungan kamu kenapa-kenapa, Han," ucap Ardi tanpa melepaskan pelukkannya.

"Tapi kenapa kamu mau menikah lagi dengan dia, Mas setelah aku hamil anak kamu?" tanya Ishana. Lalu melepaskan pelukkan sang suami.

Ardi menghela napas panjang. Akan jadi perjuangan untuk meyakinkan Ishana.

"Hana, aku akan menikah dengan Salwa bukan karena cinta. Dia sudah yatim piatu sekarang. Almarhum Ustaz Zaki mempercayakan aku untuk menjaga Salwa. Begitu juga dengan Abi dan Umma," jawab Ardi.

"Tapi kan kamu sudah menolak, Mas," kata Ishana.

"Kamu lihat kan apa yang terjadi setelah penolakan aku? Salwa sudah dua kali melakukan usaha untuk bunuh diri dan dia tidak mau ditolong oleh siapapun, kecuali aku. Gadis itu hanya nurut sama aku, Han," ucap Ardi.

Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum