Kepergian Ustaz Zaki

418 23 0
                                    


Malam harinya Ardi pamit pada Ishana untuk menemui Kafka. Kafka adalah guru Tahfiz di Sekolah Menengah Atas Al Munawar. Dia juga guru mengaji Raka dan Ziva. Hubungannya dengan Kafka cukup dekat karena lelaki itu adalah adik kelasnya ketika kuliah di Kairo. Ardi mengajak Kafka ke salah satu kafe di tengah kota Bogor.

"Ada apa Abang mengajakku ke sini?" tanya Kafka penasaran.

Sepanjang perjalanan menuju kafe, Ardi tidak banyak bicara. Dia hanya mengatakan perlu membicarakan hal penting dengannya.

"Kita pesan dulu, ya." Ardi memanggil pelayan kafe dan mereka memesan makanan dan minuman.

"Jadi, apa Bang?" tanya Kafka lagi.

Dia tidak dapat membendung rasa penasarannya.

"Kamu kenal Salwa, Kaf?" tanya Ardi.

Kafka terkesiap mendengar nama perempuan yang baru saja disebut Ardi.

"Hanya tahu saja, Bang. Tidak mengenalnya terlalu dekat. Adiknya almarhum Kak Fatma, kan? Guru TK di Al Munawar juga ya, kalau tidak salah," jawab Kafka.

Ardi mengangguk.

"Iya, benar," jawabnya singkat.

"Kok kamu bisa tahu banyak, begitu? Padahal aku belum cerita banyak tentang adik ipar aku, itu," kata Ardi dengan senyum dikulum.

Kafka tersipu malu. Dalam hati dia merutuki diri sendiri yang menjawab lengkap pertanyaan Ardi.

Ardi tertawa melihat wajah Kafka yang tersipu.

"Sejak kapan?" tanya Ardi.

"Apanya, Bang?" Kafka malah balik bertanya.

"Sejak kapan kamu menyukai Salwa?" Ardi mengulang pertanyaannya.

"Sudah lama, Bang, ketika dulu aku takziah ke rumah abang waktu Kak Fatma meninggal," jawab Kafka hati-hati karena sedikit menyinggung Fatma.

Ardi terkejut mendengar pengakuan Kafka.

"Sudah selama itu? Kenapa enggak pernah cerita?" tanya Ardi.

Kafka diam, tidak menjawab.

Pelayan kafe datang membawa pesanan mereka dan meletakkannya di meja. Setelah menerima ucapan terima kasih dari Ardi, pelayan itu meninggalkan mereka.

Ardi meraih cangkir cappucino dan menyesapnya perlahan. Kafka memutari cangkir tehnya. Sebetulnya dulu Kafka akan melakukan taaruf dengan Salwa. Namun, dia mengurungkan niatnya ketika mendengar dari Asep-sepupunya Salwa bahwa gadis itu menyukai Ardi. Sejak itu Kafka mulai menjaga jarak dan melupakan keinginannya. Dia menyibukkan diri dengan pekerjaannya agar bisa melupakan Salwa. Namun, setelah bertahun-tahun, perasaannya pada Salwa masih sama.

"Kaf," panggil Ardi. "Kok malah melamun?"

Kafka mengangkat wajah, kemudian menyesap tehnya.

"Aku pernah berniat untuk taaruf dengannya, Bang. Tapi ternyata Salwa menyukai lelaki lain. Jadi aku mundur," ucap Kafka.

"Lelaki lain? Siapa?" tanya Ardi penasaran.

Kafka memandang lelaki di hadapannya.

Mustahil Bang Ardi enggak tahu kalau Salwa menyukainya, katanya dalam hati. Kafka menarik napas pelan.

"Salwa menyukai Bang Ardi," ucap Kafka.

Ardi tertawa mendengar kalimat Kafka.

"Aku? Mana mungkin!" ucap Ardi. "Kamu tahu darimana?"

Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن