USAHA BUNUH DIRI SALWA

392 27 0
                                    


Dering suara alarm dari ponselnya mengusik tidur lelap Ishana. Perempuan itu tersenyum kecil begitu mengetahui dirinya masih berada di pelukan sang suami. Semalam meski hatinya kesal karena ulah sang suami yang terlalu baik pada Salwa padahal ketika dulu Ishana sudah merelakan agar Ardi menikah dengan gadis itu, sang suami menolak mentah-mentah dengan berbagai alasan. Tapi justru sekarang Ardi malah menuruti keinginan Salwa dan tidak berusaha untuk menjauh.

"Salahkan aku jika cemburu, Mas," gumamnya.

Dipandanginya wajah lelap Ardi. Lalu sebelah tangannya terulur mengelus pelan rahang kokoh Ardi yang ditumbuhi rambut-rambut tipis. Suaminya itu tampak lebih dewasa dengan jambang tipis layaknya pria-pria arab. Ishana perlahan menyingkirkan tangan Ardi yang mesih memeluk perutnya. Diliriknya jam yang menempel di dinding kamar. Sudah jam tujuh. Selepas salat Subuh, mereka kembali tertidur dan berakhirlah dia bangun ketika cahaya matahari menembus jendela kamar.

Ishana mencepol asal rambut panjangnya. Dia pun berlalu menuju kamar mandi. Perempuan itu akan mandi dulu sebelum turun ke dapur membuat sarapan. Hari ini hari sabtu, jadi waktu sarapan mereka lebih santai dibandingkan dengan hari kerja.

Ishana kembali keluar dari dalam kamar mandi dan segera berpakaian. Penampilannya kini terlihat lebih segar. Dress santai bunga-bunga dipadukan dengna cardigan warna senada serta khimar menjadi pilihannya. Setelah penampilannya dirasa sudah rapi, Ishana bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Melewati kamar kedua anaknya yang masih tertutup, dia melanjutkan langkah menuju dapur tanpa membangunkan Raka dan Ziva. Biarlah, nanti juga bangun. Lagipula ini akhir pekan, biar kedua anaknya tidur lebih lama. Khusus hari ini, Ishana ingin membuat pancake untuk sarapan. Di dapur dia melihat Bik Minah sedang mencuci piring.

"Ibu, sudah bangun? Kelihatan lebih segar sekarang," kata Bik Minah ketika mendengar langkah kaki majikannya memasuki dapur.

Ishana menyunggingkan senyum.

"Iya, Bik. Saya sudah lebih baik. Semoga seterusnya sehat ya," jawab Ishana.

"Mau bikin sarapan apa, Bu? Biar saya yang bikin," tanya Bik Minah.

"Biar, saya saja, Bik, yang bikin sarapan," jawab Ishana.

"Kalau begitu saya ke belakang dulu ya, Bu. Mau cuci baju sama sapu halaman belakang. Tapi kalau Ibu butuh bantuan, panggil saya aja, ya," kata Bik Minah seraya berjalan menuju belakang rumah untuk melakukan pekerjaaannya.

Ishana mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat pancake. Kemudian perempuan itu membuat adonan pancake dilanjut dengan menyiapkan buah strawberry dan blueberry untuk topingnya. Setelah semua pancakenya matang, Ishana mulai menghiasanya dengan toping yang sudah dia siapkan. Dia menumpuk beberapa pancake, lalu menambahkan toping buah di atasnya. Tak lupa dia menyiramkan madu di atasnya sebagai pemanis tambahan. Ishana menaruhnya dalam empat piring berbeda. Kini, dia tinggal membuatkan kopi untuk Ardi dan susu untuk kedua anaknya.

Saat sedang menyeduh air panas ke dalam cangkir, Ishana dikejutkan tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang. Untung saja teko berisi air panas itu tidak tumpah mengenai dirinya.

"Maaas! Kebiasaan, ih! Untung aja enggak tumpah ke aku air panasnya," omel Ishana dengan wajah cemberut.

Ardi hanya menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Salah siapa ninggalin aku di kamar? Aku tuh panik banget pas bangun tidur enggak liat kamu di sebelah aku," ucap Ardi sedikit merajuk.

Ishana yang awalnya kesal pun seketika tersenyum geli melihat tingkah sang suami yang seperti anak kecil. Dia pun membiarkan Ardi memeluknya dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)Where stories live. Discover now