Satu

6K 500 9
                                    

Sunghoon mengecek jam tangannya. Pukul 13.23. Lalu mengecek lembaran kertas yang ada di depannya. Tinggal
Beberapa lagi.

Saat ini, ia sedang memeriksa jawaban kuis mahasiswanya. Tadi pagi ia mengadakan kuis dadakan. Untuk mengetahui apakah mahasiswanya itu memperhatikan ketika presentasi minggu lalu.

Tinggal delapan lembar lagi.

Keningnya berkerut, terkadang jawaban seorang mahasiswa nggak jauh beda dengan jawaban anak SD.

Kring...kring...

Hp nya berbunyi.

Nama Park Mina tertulis di sana.

"Halo kak."

"Kamu dimana, Hoon?"

"Aku masih di kampus kak."

"Kamu nggak lupa kan sama pestanya Hana?"

"Enggak, aku nggak lupa. Aku lagi periksa jawaban. Kalau udah selesai nanti langsung ke sana."

"Mama, aku mau ngomong sama om Sunghoon."

Bibir Sunghoon terangkat. Park Hana. Ponakan satu-satunya saat ini. Suara Hana selalu bikin mood nya baik lagi.

"Halo om Sunghoon."

"Halo, Hana baik dan cantik."

Terdengar suara kekehan di seberang sana.

"Om Sunghoon nanti ke sini kan?"

"Iya sayang, kan pestanya Hana. Masa om nggak ke sana."

"Om udah beli kado buat aku belum?"

Tangan Sunghoon yang sedari tadi memeriksa lembar jawaban, seketika berhenti. Kado. Dia lupa beli kadonya.

Dengan cepat Sunghoon mencari alasan.

"Mm om sengaja belum beli kado buat Hana. Soalnya om mau tanya, Hana mau apa?"

"Aku boleh minta sesuatu enggak?"

Sunghoon tersenyum lebar. Suara Hana sangat menggemaskan.

"Boleh, Hana mau apa?"

"Aku mau boneka berbi, om."

Sunghoon mengerutkan keningnya. Minta berbi lagi? Bukannya Hana udah punya banyak?

"Hana bukannya udah punya banyak berbi ya? Kenapa nggak minta sesuatu yang lebih bermanfaat aja? Baju? sepatu?  tas?"

"Aku enggak mau om Sunghoon. Aku maunya berbi."

Sunghoon mengurut pangkal hidungnya. Jika dihitung, Hana mungkin udah punya lebih dari dua puluh boneka berbi di kamarnya. Karna ia pencinta boneka itu.

"Buat apa banyak-banyak Hana? Yang lain aja ya?"

Sunghoon mencoba meyakinkan Hana untuk nggak minta berbi lagi. Apapun akan Sunghoon belikan untuk ponakannya itu, selain berbi tentunya.

"Tapi aku belum punya berbi ini."

"Bukannya sama aja ya semuanya?"

"Enggak, om Sunghoon. Aku belum punya yang laki-lakinya."

Kepala Sunghoon makin pusing dibuatnya. Sejak kapan berbi ada yang laki-lakinya?

"Gini aja, Hana coba kasih hp nya ke mama lagi. Om mau ngomong sama mama."

"Tapi jangan lupa beliin ya."

Sunghoon hanya mengiyakan saja.

"Kenapa, Hoon? Kakak tadi ke dapur. Hana minta macam-macam ya?"

"Dia minta boneka berbi lagi."

Terdengar helaan napas Mina.

"Padahal bulan kemaren baru beli."

"Dia minta yang laki-lakinya. Emang ada kak?"

"Ooo yang itu. Kakak denger sih emang baru launching berbi laki-lakinya dua minggu yang lalu."

"Berarti emang beneran ada?"

"Iya ada. Tapi kakak nggak tau udah sold apa masih ada. Soalnya ini punya Enhydoll Company."

Sunghoon total berhenti memerika kertas-kertas itu.

"Apa lagi itu?"

"Itu tu perusahaan besar yang bikin boneka berbinya. Semua punya Hana dari situ kok. Makanya punya anak, biar tau hal-hal kayak gini."

Sunghoon mendengus. Gimana punya anak, calon aja nggak punya.

"Jadi gimana? Tetap aku beliin?"

"Ya kan dia yang minta. Turutin aja sih kata kakak, daripada dia ngambek sama kamu."

"Yaudah, belinya dimana?"

"Biasanya kakak beli di Kids Area."

"Itu dimana?"

"Kamu kayaknya perlu belajar ngurus anak deh, biar nggak kayak gini. Nggak tau apa-apa."

"Tinggal jawab aja sih kak, dimananya."

Sunghoon memejamkan matanya. Lelah.

"Di jalan Belift ada tuh, atau nggak di mall Hybe. Di situ juga ada."

"Okedeh, aku ke sana dulu."
-------------------------------------------

My Barbie Doll | Sunsun's storyWhere stories live. Discover now