Dua puluh enam

3.6K 479 14
                                    

Sean membereskan meja makan. Pagi ini mereka bertiga seperti sebuah keluarga kecil yang sarapan bersama. Tadi juga Sean bantuin Sunghoon untuk menata meja. Membuatkan Hana susu lalu kopi untuk Sunghoon.

Setelah Sunghoon dan Hana pergi, barulah Sean mulai bekerja, mencuci piring dan ngelap meja. Sunghoon udah wanti-wanti dirinya supaya jangan terlalu capek. Hal yang nggak pernah dilakukan Sunghoon sebelumnya. Sean jadi merasa ada yang memperhatikannya lagi.

Sean duduk di sofa ruang tamu, jarinya menekan tombol remot, mencari chanel tv yang bagus. Karna nggak ada yang menarik, Sean matikan tv lalu pergi ke kamar Hana. Mengambil kertas, pensil, dan krayon. Ia mulai menggambar.

Baru satu goresan di kertas, Sean terdiam. Lalu sedetik kemudian tersenyum. Sudah lama ia tak merasakan perasaan hangat seperti pagi ini. Dimulai dengam Hana yang memeluknya, bertanya apakah ia baik-baik saja. Lalu Sunghoon yang bertanya ia mau sarapan apa. Diakhiri dengan Sunghoon yang melarang dirinya untuk terlalu capek.

Kapan ya ia terakhir kali merasa diperhatikan seperti ini?

Sean tersenyum miris.

Kelas tiga SMA ia harus menghadapi perceraian kedua orang tuanya karna ayahnya yang selingkuh. Padahal
Waktu itu ia sedang ujian akhir semester ganjil. Perceraian itu membuatnya tak bisa fokus belajar yang mengakibatkan semua nilai ujiannya nggak tuntas. Seolah nggak peduli gimana perasaannya, ayahnya malah bilang bahwa ia akan menikah dengan selingkuhannya dua bulan setelah perceraian. Nggak lama setelah itu, ibunya memberi kabar bahwa ia akan ke Malaysia untuk jadi TKW.

Tepat satu bulan sebelum Ujian Akhir Sekolah, kedua orang tuanya pergi dari rumah. Ayahnya tinggal dengan istri barunya, sedangkan ibunya pergi ke Malaysia. Mereka nggak pernah pulang lagi setelah itu. Memang tiap bulan mereka pasti ngirim uang jajan ke Sean. Tapi, mereka bahkan nggak tau kalau Sean masuk rumah sakit karna tipes. Belajar terlalu keras supaya bisa diterima di universitas di luar kota. Ia ingin pergi dari rumah itu. Meninggalkan kehidupannya lalu mulai hidup baru. Sebagai seorang anak yatim piatu.

Kedua orang tua Sean juga nggak tau, Sean gagal tes ujian bersama masuk universitas juga gagal tes mandiri. Saat  dimana seorang anak butuh dukungan dan motivasi orangtuanya, Sean malah dapat kabar bahwa ibunya menikah lagi dengan orang Malaysia dan ubah kewarganegaraan sana.

Satu tahun Sean berusaha mati-matian supaya bisa lulus tes tahun berikutnya. Beberapa kali masuk rumah sakit karna kecapean. Tapi akhirnya usahanya membuahkan hasil. Dengan mantap, Sean mulai mencari kos dan membeli beberapa kebutuhan. Ia juga mengontrakkan rumahnya ke salah seorang anak tetangga yang baru menikah.

Sampai saat sekarang ini, ia belum dapat kabar apapun dari orang tuanya.

Ia...anak terbuang. Mereka sudah pasti bahagia. Mereka pikir, uang saja sudah cukup untuk dinamai tanggung jawab sebagai orang tua.

Sean menghapus air mata yang mulai menetes di matanya. Jujur, ia rindu orang tuanya. Anak mana yang nggak rindu setelah 3 tahun lebih tak bertemu orang tuanya. Meskipun selama ini Sean meyakinkan hatinya bahwa ia adalah anak yatim piatu, tapi sesekali ia juga ingin bertemu mereka.

Kalau saja orang tuanya tau bahwa Sean hampir mati kemaren, apakah mereka akan peduli? Apakah mereka akan khawatir?

Sean kembali tersenyum miris.

Ia mulai menggambar. Tiga orang di atas meja makan. Ya, ia menggambar dirinya, Hana dan Sunghoon pagi ini. Ketika ingin mewarnai gambar Hana, Sean tiba-tiba terdiam.

Ia mungkin saja selamat dari maut kemaren, tetapi, bagaimana jika kejadian ini terulang lagi dikemudian hari? Apakah ia juga akan selamat? Atau mati sia-sia sebelum ia punya jawaban atas kondisinya sekarang.

My Barbie Doll | Sunsun's storyWhere stories live. Discover now