20

6K 669 16
                                    

─────

"Nopal sialan" umpat Nikey sambil mendendang batu kerikil yang ada di jalanan.

Karena kebodohannya, Nikey pulang dengan berjalan kaki menuju rumahnya setelah membeli sate.

"Bisa bisanya batre hp gue habis, mana ga bawa duit lebih."

"Hiks hiks."

Suara tangisan anak kecil membuat Nikey menghentikan langkahnya.

"Anjir suara apaan tuh" ucapnya sambil bergidik.

Tangisan itu kembali terdengar.

"Jadi merinding" Nikey mengusap-usap kedua lengannya.

Nikey mengedarkan pandangannya. Terlihat sesosok anak kecil  duduk di kursi taman yang menelungkupkan wajahnya.

"Manusia bukan ya."

Walau sedikit takut, Nikey memberanikan diri untuk menghampiri anak kecil itu.

"Dek" panggilnya.

Anak kecil itu mengangkat kepalanya. Dan bukannya mereda, tangisan anak kecil itu malah semakin kencang karena panggilan Nikey.

"Eh ehh kok tambah kejer" panik Nikey karena tangisannya semakin kencang.

"Aduh gimana nih gue ga bisa nenangin bocil."

Nikey kebingungan bagaimana cara agar anak kecil itu berhenti menangis.

"Cup cup, jangan nangis."

Akhirnya Nikey hanya bisa memberikan kata penenang.

Setelah tangisan anak kecil itu berhenti, Nikey mencoba bertanya. "Nama kamu siapa?"

"Nama aku Aluna" jawab anak kecil itu sambil mengusap ingusnya yang keluar dengan tangan. Nikey mengeluarkan sapu tangannya, membantu membersihkan ingus Aluna.

"Aluna kenapa sendirian disini malem malem?"

"Tadi Luna jalan jalan sama kaka, terus Luna ngikutin kucing."

Nikey tersenyum simpul. "Dasar bocah."

"Rumah Aluna dimana?" tanyanya lagi.

Aluna mengeluarkan ekspresi sedang berpikir, "emm.. Luna nggak tau."

"Ya udah, aku temenin sampe kakak Aluna kesini ya."

"Oke kaka cantik!"

"Gue ngomong gitu padahal ga tau harus ngapain."

Nikey benar-benar menemani Aluna, suasananya sangat sunyi karena Nikey tidak tahu harus apa.

"Nama kakak Aluna siapa?" ucap Nikey mencoba membuka percakapan.

"Kaka Anan!" balas Aluna dengan semangat.

"Anan?" pikir Nikey. "Plot twist ternyata Adnan. Eh tapi Adnan ga punya adik."

Nikey ber-oh ria. "Kakak Aluna orangnya gimana?"

"Emm.. Kak Anan baik! Suka beliin Luna eskrim yang ga dibolehin papa!"

"Wahaha patner in crime ya, terus terus?" ujar Nikey menjadi semangat. Ia menjadi ingat kakaknya, Naufal.

"Kak Anan ga tinggal di rumah, jadi jarang ngajak Luna main."

"Padahal ini kesempatan Luna main sama kak Anan" lanjut Aluna dengan lesu. Nikey yang melihatnya menjadi prihatin.

"Kasian, untung Nopal masih inget gue walau rese."

❲END❳ 𝗧𝗥𝗔𝗣𝗣𝗘𝗗 𝗜𝗡 𝗔 𝗛𝗔𝗥𝗘𝗠 𝗡𝗢𝗩𝗘𝗟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang