09

9K 840 20
                                    

─────

"Singkirkan dia."

"Dia akan menghancurkan dunia ini."

"Dia bukan berasal dari sini, dia seperti mu."

"Tidak usah pedulikan siapa aku, tapi aku ada di dekat mu."

Sudah 4 hari berturut-turut Nikey mendapat kertas bertuliskan kalimat yang sulit ia pahami di atas meja sekolahnya.

"Ga usah peduliin gimana, lo aja bikin penasaran, mana bilang ada di deket gue lagi" oceh Nikey setelah membaca kertas terakhir.

"Weekend bukannya liburan malah dibikin mikir"

Saat ini Nikey sedang membaca 4 kertas yang diterimanya. Walau tidak mengerti, tetapi Nikey berusaha untuk mencari tahu maksud dari kertas tersebut.

"Singkirkan dia?" Nikey bertanya pada dirinya sendiri.

"Dia bakal ngehancurin dunia ini? Maksudnya apa woi, kalo ngasih tau yang jelas dikit napa."

"Hm hm, asal dia bukan dari sini, dia kaya gue. Bentar deh, INI DIA YANG DIMAKSUD ITU SIAPA SIH???" akhirnya Nikey berteriak frustasi karena tidak kunjung menemukan titik terang.

Teriakan Nikey tentunya ditegur oleh sang ibu, Anin, dari lantai bawah. Bahkan Naufal sampai mendatangi kamarnya namun langsung diusir oleh Nikey.

Lalu Nikey mendapat pencerahan. "Bukan berasal dari sini dan kaya gue, berarti dia juga pindah ke dunia novel?"

"Apa dia yang dimaksud itu Jihan ya? Dari awal gue curiga sama dia, sus banget soalnya selalu ngerebut peran Pamela."

Ctak. Nikey menjentikkan jarinya, merasa sangat pintar karena telah memecahkan misteri walau ragu.

"Hohoho, berarti gue harus nyingkirin Jihan ya. Oke deh itung-itung bantu Pamela balik ke posisinya" Nikey tersenyum penuh kemenangan seperti mendapat jackpot.

Padahal, siapa yang tadi frustasi?

─────

Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Saat Nikey amati, Daaze terlihat tidak bisa lepas dari Jihan. Mereka seperti terkena mantra sihir.

Nikey mulai frustasi lagi. Padahal semalam ia sudah kegirangan karena merasa ini akan mudah.

Ditengah frustasinya, wali kelas 10-2 masuk bersama seorang pria muda berperawakan tinggi dan wajahnya bisa dibilang diatas rata-rata.

"Perhatian, ini ada murid pindahan" ujar wali kelas yang membuat para murid duduk rapi di kursinya masing-masing.

"Pindah ditengah semester gini?"

"Silahkan perkenalan" titah walas kepada sang siswa pindahan.

"Azra" singkatnya.

"Azra doang?" celetuk Sakala.

"Azra Samudra" jawab si murid pindahan, Azra.

"Azra siapanya Ezra?" tanya seorang siswi.

"Siapa Ezra?" Azra malah bertanya balik, menandakan mereka tidak saling kenal.

"Baik Azra, silahkan duduk di sana" walas menunjuk meja yang ada di depan Karen. Azra mengangguk lalu beranjak.

"Hai, Mikha" sapa Azra pada Karen. Karen membalasnya dengan anggukan kepala.

"Yoo Azra, gua Sakala" Sakala menyapa Azra yang duduk di meja samping kanannya.

"Salam kenal, Sakala" balas Azra ramah.

Tidak seperti biasanya Karen terlihat diam. Biasanya Karen mengajak murid yang tidak dikenalnya untuk berbincang-bincang. Apa lagi tadi Karen membalas sapaan Azra dengan anggukan saja.

Karen benar-benar diam sampai bel istirahat berbunyi. Nikey yang sudah gatal ingin bertanya pun bersuara.

"Ren, jujur deh."

"Lu sama Azra mantanan apa gimana? Diem diem aja" sambar Sakala mendahului ucapan Nikey. Nikey sebal namun tidak jadi melayangkan protes pada Sakala.

"Ga" balas Karen cepat, "Gue mau ke kantin, laper."

Lalu Karen beranjak dari tempat duduknya.

Akan tetapi ada yang aneh, terlihat Azra mengikuti langkah Karen ke luar kelas.

"Mereka beneran ga kenal?" tanya Nikey dan dibalas Sakala dengan kedikan bahu.

─────

to be continued  ➧

❲END❳ 𝗧𝗥𝗔𝗣𝗣𝗘𝗗 𝗜𝗡 𝗔 𝗛𝗔𝗥𝗘𝗠 𝗡𝗢𝗩𝗘𝗟Where stories live. Discover now