14 - Lagi, Kabar Duka

35 1 0
                                    

Rana belum pernah menerima sinyal apa pun berupa kemungkinan Bara juga akan merasakan hal yang sama. Ia murni mencintai sepihak. Dan ajaibnya, ia cukup bahagia dengan status sahabat yang menaungi mereka selama ini.

---

Pukul tujuh, Bian sudah bersiap untuk pulang. Ditemani Sakka dan Rana, ia sedang menikmati secangkir teh hangat dan sepiring pisang goreng. Bian tampak gelisah, ia mengetuk-ngetuk pinggiran meja dengan jari telunjuk. Sejak tadi malam ia kesulitan tidur karena memikirkan hal ini. Ia sudah merancang beberapa kalimat dengan cukup baik, sampai-sampai rasanya sudah menggantung di ujung lidah. Bila tidak dikatakan, sepanjang perjalanan pulang ia tidak akan tenang, atau malah menyesal selama berminggu-minggu ke depan.

Bian berdeham, lalu kembali melegakan tenggorokannya dengan isi cangkir di depannya yang tersisa setengah. Bian menegakkan punggung, lalu meremas jemari tangannya sambil mengisi paru-parunya dengan oksigen secukupnya.

"Bu, sekali lagi saya turut berduka. Semoga Ibu, Rana, dan segenap keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan." Sebagai pembuka, kalimat barusan penuh kehati-hatian.

"Makasih, Nak Bian. Makasih juga karena sudah mengantar Rana pulang." Sakka tersenyum hangat. Matanya masih sembab.

"Bu, saya tahu ini bukan waktu yang tepat. Tapi ... saya tidak akan tenang jika tidak mengatakannya sebelum pulang."

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Bara dan Rana, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Cinta yang Tak Pernah Kau PandangWhere stories live. Discover now