8 - Sebuah Kejutan di Nipa Mall

1K 122 8
                                    

Bertetangga sekaligus diam-diam menyukai lelaki yang bercita-cita menjadi penulis profesional seperti Bara, tanpa sengaja menumbuhkan minat Rana pada dunia literasi.

---

"Barusan Bara ngajakin saya jalan, Pak. Katanya sebagai perayaan karena cerpennya berhasil menembus media bergengsi," jawab Rana akhirnya, dengan berat hati.

"Oh, gitu." Bian berusaha untuk tidak terlihat kecewa.

"Kalau Om ada waktu, boleh ikutan, kok," tawar Bara santai.

Rana langsung menyentil siku Bara yang bertumpu di sudut meja. Entah kapan anak ini bisa sedikit menghargai Bian sebagai atasan Rana.

"Nggak usah. Kalian aja."

"Tapi kalau memang ada yang penting, bisa ditunda, kok, Pak," kata Rana buru-buru saat Bian memutar badan hendak beranjak.

Bian menoleh. "Nggak, kok, nggak penting. Lanjutin aja rencana kalian." Setelah berkata sekenanya, Bian kembali hendak beranjak.

"Om!" Kali ini Bara yang mencegat langkahnya.

Bian kembali menoleh dengan kedua alis terangkat.

Bara sigap merebut koran dari tangan Rana, lalu memberikannya ke Bian. "Di situ ada cerpen saya. Kalau ada waktu luang, Om baca, ya," terang Bara sebelum Bian sempat bertanya.

"Oke. Kebetulan sudah lama aku tidak baca cerpen. Awas kalau tidak bagus." Bian menyunggingkan senyum tipis kemudian benar-benar berlalu kali ini. Ia berjalan santai menuju pintu khusus di sudut area sales untuk kembali ke ruangannya.

Setibanya di ruangannya, Bian mengeluarkan ponsel untuk menghubungi mamanya, sekadar ingin menyampaikan bahwa rencana untuk mengenalkan Rana nanti malam, batal.

***

Suasana Nipa Mall tidak beda jauh waktu terakhir kali Rana mengunjunginya sekitar seminggu yang lalu. Pengunjung masih didominasi orang-orang yang sebatas penasaran dengan interior bangunan yang memang sedang jadi buah bibir ini. Banyaknya spot berfoto yang bagus memuaskan hasrat mereka yang ingin mengabadikan momen bersama pasangan ataupun keluarga. Hanya seglintir yang berniat untuk belanja, sebab memang baru beberapa toko yang sudah beroperasi. Sebagian besar masih dalam proses persiapan.

Karena tidak ingin pulang kemalaman, Rana dan Bara langsung menuju bioskop yang berada di lantai tiga.

"Kita jadi nonton Suzzanna, kan?" tanya Bara saat sedang mengantre untuk membeli tiket.

Rana mengangguk, meskipun sebenarnya ia tidak suka nonton film horor karena akan lebih sering menutup mata daripada menikmati filmnya. Tapi kali ini tidak masalah. Lagipula ia tahu, sejak trailer-nya rilis, Bara sudah sangat antusias menunggu film remake dari ratu horor Indonesia itu.

Kalau boleh memilih, sejujurnya Rana pengin nonton film drama percintaan remaja yang diangkat dari salah satu novel jebolan Wattpad, yang kebetulan sudah ia baca hingga tuntas selama di-publish secara berkala. Ya, bertetangga sekaligus diam-diam menyukai lelaki yang bercita-cita menjadi penulis profesional seperti Bara, tanpa sengaja menumbuhkan minat Rana pada dunia literasi. Meskipun ia baru bisa jadi pembaca, sama sekali belum tergerak untuk mencoba menulis.

Sesuai dugaan, sepanjang film, Rana lebih sering menutup mata. Bahkan beberapa kali sampai menjerit saking kagetnya. Bukannya prihatin, Bara malah menertawakannya. Rana hanya membalas dengan menoyor pundak lelaki itu.

Bahkan setelah berada di luar bioskop pun, Rana masih sesekali bergidik ngeri terbayang adegan-adegan menegangkan yang baru saja menjejali kepalanya.

"Filmnya keren banget, ya?"

Cinta yang Tak Pernah Kau PandangWhere stories live. Discover now