16 - Karena Setiap Hati Punya Kiblatnya Masing-Masing

32 0 0
                                    

Lelaki religius itu punya cara elegan dalam menjunjung ajaran agamanya.

---

Setelah terhalang lampu merah sekitar semenit di pertigaan BTP, Bian kembali tancap gas agar lekas tiba di RSUD Daya. Sejak dari rumah senyumnya tercetak dengan sempurna. Padahal, tadi ia sudah bersiap untuk tidur ketika tiba-tiba Rana meneleponnya. Pasalnya, ini kali pertama Rana minta tolong. Ini pasti terdengar berlebihan, tapi Bian belum pernah merasa seberarti ini.

"Kamu, kok, nunggu di sini?" tanya Bian setengah teriak sambil menepikan mobilnya. Tadinya ia tidak yakin, gadis yang berdiri di trotoar depan rumah sakit itu benar-benar Rana.

Rana bergegas menghampiri mobil Bian. Boro-boro menjawab pertanyaan Bian, ia malah langsung masuk sebelum benar-benar dipersilakan.

"Kamu nggak apa-apa?" Bian mengernyit. Rana kelihatan berbeda malam ini.

Rana hanya menggeleng.

"Kenapa nggak nunggu di dalam aja?" Bian mengulang maksud pertanyaannya dalam susunan kalimat yang berbeda.

"Biar cepet, Pak. Ini udah larut."

Bian yakin, Rana menyembunyikan sesuatu. Belum pernah gadis itu bicara dengannya dengan tatapan lalu-lalang tidak jelas.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Bara dan Rana, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Cinta yang Tak Pernah Kau PandangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang