10 - Kehilangan Memang Sakit

1.1K 121 7
                                    

Kehilangan memang sakit. Terlebih untuk sesuatu yang tidak akan tergantikan oleh apa pun.

---

Hari ini Rana shift dua. Baru juga tiba di toko, ia sudah menerima laporan bahwa Helen tidak masuk. Padahal seharusnya ia shift pagi. Rana mendesah pelan. Ia sudah tahu masalah yang sedang dihadapi rekan kerjanya itu, tapi bingung bagaimana cara menolongnya. Rana takut salah bertindak yang ujung-ujungnya akan membahayakan dirinya sendiri.

Rana ke belakang untuk bersiap-siap dan mencoba menghubungi Helen. Gadis berhijab biru langit itu menunggu dengan sabar, tapi teleponnya tidak diangkat. Rana meletakkan ponselnya, lalu merapikan penampilannya di depan cermin. Mengingat Helen tidak masuk, beberapa pekerjaan pasti terbengkalai. Ia harus segera mengambil alih sebelum semakin menumpuk dan bikin pusing.

Sebelum keluar, Rana ingin mencoba menghubungi Helen sekali lagi. Tapi saat akan mengetuk nomor Helen di layar, panggilan Helen malah masuk menggetarkan ponselnya. Rana buru-buru mengangkatnya.

"Halo, Hel ...."

Helen langsung terisak di seberang sana. Sekadar membalas sapaan Rana pun tidak sanggup. Selama sekian detik begitu saja. Rana sabar menunggu sampai Helen tenang.

"Aku kabur, Ran." Usai mengucapkan kalimat itu dengan susah payah, Helen kembali terisak.

"Kabur?" Rana jadi sangat khawatir.

"Sekarang aku udah di jalan menuju Toraja. Ayah semakin menjadi-jadi, ia nyaris memperkosaku, Ran."

"Astagfirullah ...." Rana membekap mulutnya. Air matanya menetes begitu saja.

"Tolong sampaikan permintaan maafku ke Pak Bian, aku keluar dengan cara seperti ini. Padahal beliau sudah berbaik hati mempekerjakanku selama ini."

"Nanti pasti aku sampaikan. Kamu tidak usah khawatir soal itu, Pak Bian pasti ngerti."

"Aku juga mau minta maaf sama kamu, selama ini sering ngerepotin."

"Nggak, kok. Aku senang bisa kenal sama kamu. Lebih baik sekarang kamu tenangin diri dan fokus sama apa yang akan kamu jalani selanjutnya. Soal keputusanmu meninggalkan ayah tirimu itu, udah tepat banget, kok. Masih bangus nggak dilaporin ke polisi," gerutu Rana saking jengkelnya.

"Ya udah, nanti aku kabari lagi. Makasih, ya, Ran."

"Iya, sama-sama."

Sambungan telepon terputus. Beberapa jenak Rana masih mematung di posisi semula. Ia sangat prihatin dengan kemalangan Helen.

"Kok, mukanya tegang gitu, ada apa?" Suara Bian membuyarkan lamunan Rana.

"Eh, Bapak." Rana bangkit dari duduknya.

"Ada apa?" tanya Bian sekali lagi sambil memperhatikan mimik wajah Rana yang tampak aneh.

"Barusan Helen nelpon, Pak. Dia kabur dari ayah tirinya. Sekarang dia sedang di jalan menuju Toraja. Artinya, mulai hari ini dia tidak bisa lagi kerja di sini. Tadi dia nitip permintaan maaf ke Bapak."

Bian langsung memijit pelipisnya. Artinya, ia harus segera merekrut pegawai baru agar operasional toko tetap berjalan lancar seperti biasanya. Masalahnya, menemukan orang yang tepat bukan perkara mudah.

Rana melirik paper bag yang ditenteng Bian di tangan kanan. Di salah satu sisinya terdapat logo brand pakaian pria ternama. Sepertinya Pak Bos akan ada acara penting, dan ia baru saja belanja pakaian, begitu pemikiran Rana. Detik selanjutnya Rana menggeleng samar. Demi apa sampai ia mengira-ngira segala?

Cinta yang Tak Pernah Kau PandangWhere stories live. Discover now