Prolog

3.4K 256 41
                                    

Sore itu Luna tampak sangat manis dalam balutan mini dress bermotif polkadot. Seperti biasa, setelah tidur siang sepulang sekolah, waktunya bermain. Luna menyeret Bara ke belakang rumah. Di sana ada rumah pohon yang kemarin baru selesai dibuatkan Papa. Ia minta tolong kepada Bara untuk menaikkan beberapa peralatan masak-memasak yang selama ini memang sering dimainkannya. Juga sebotol minyak tanah yang diselundupkannya dari dapur. Tentu saja tanpa sepengetahuan Mama. Katanya, untuk meresmikan rumah pohon itu, ia akan memasak sesuatu untuk Bara. Tentu saja Bara tahu itu hanya lelucon. Mana bisa Luna masak? Selama ini yang disebutnya masakan hanya kumpulan daun-daun yang dipetik sembarangan, kemudian direbus hingga mendidih. Sama sekali tidak bisa dimakan. Kendati demikian, Bara tampak antusias. Sebab apa-apa yang dikerjakan bersama teman sedari lahirnya itu, memang selalu menyenangkan.

Berkat kerjasama yang baik, seluruh peralatan berhasil mereka naikkan ke rumah pohon berdinding tripleks yang tingginya sekitar dua meter itu. Luna mengatur perabotannya. Bara menurut ketika disuruh ambil ini-itu. Setelah dianggap rapi, Luna bersiap untuk memasak. Berbekal setumpuk kertas bekas, ia membuat api dalam tungku yang terbuat dari kaleng bekas. Setelah api berkobar, ia meletakkan panci yang sudah diisi air di atasnya. Sambil menunggu mendidih, ia menyiapkan bahan-bahan berupa aneka macam daun. Bara ikut mengiris daun-daun itu hingga berubah bentuk menjadi bagian-bagian kecil menyerupai mi. Setelah selesai, Luna cekatan memindahkannya ke dalam air yang mulai mendidih. Saat itulah bencana bermula. Tangan Luna tidak sengaja menyenggol botol minyak tanah yang berada tepat di samping tungku. Isinya tumpah dan menyebar di permukaan lantai papan. Dalam sekejap api di dalam tungku langsung berpindah ke lantai, menjilat apa saja yang ada di sekitarnya.

***

[Bersambung]

Cinta yang Tak Pernah Kau PandangWhere stories live. Discover now