5) Anggota Klub

38 5 0
                                    

oOoOo

"Good afternoon, Mr. Ashel," balas Fiko, yang masih menampakkan ekspresi terkejut. Tapi, ia langsung menghampiri pak Ashel dan bersalaman dengannya.

"Fiko? Kamu belum pulang?" tanya pak Ashel.

Mata Fiko melirik Aru yang masih berdiri di ambang pintu masuk. "Saya mampir, mau pinjam buku, Pak."

"Wah, ternyata minat baca siswa di sekolah ini masih bagus, ya. Tapi saya harap mereka tidak memiliki minat membaca novel saja," kata pak Ashel, dan Aru tahu, kalau guru itu tengah menyindirnya. Gadis itu masuk, lalu tersenyum kecil padanya.

Aru melihat buku yang dibaca pak Ashel, ternyata itu judul yang berbeda. Mungkin, ia sudah selesai membacanya dan mengembalikannya kembali. Gadis itu menuju rak buku, mencari-cari di mana guru itu meletakkannya.

"Mister sendiri, sedang apa di sini?" tanya Fiko, basa-basi.

Pak Ashel melirik ke arah jendela. "Apa ... ya," gumamnya, "membahagiakan diri sendiri, mungkin?"

Fiko menatapnya bingung. "Hal apa yang bisa membahagiakan di tempat sepi seperti ini?" tanya pria itu. Aru yang mendengar pembicaraan mereka, sedikit merasa heran dengan teman sekelasnya ini.

Aru tidak tahu, kenapa Fiko terlihat lebih santai saat berbicara dengan pak Ashel, tidak seperti saat berbicara dengannya. Sesekali, senyuman tipis terukir di wajahnya yang kusam dan membosankan.

Pak Ashel menopang dagunya, dengan tangan kanannya, melirik ke arah jendela yang menampakan langsung pemandangan lapangan sepakbola, dengan siswa dari klub futsal yang tengah berebut bola di sana.

"Ketenangan," ucapnya, pelan. Fiko terdiam, lalu menganggukkan kepalanya. "Bagaimana denganmu, Fiko? Ah, ya. Kenapa kamu ada di sini. Bukankah kamu seharusnya berada di klub musik?"

Fiko nampak heran. "Darimana Mister tahu?"

"Guru seni selalu membicarakanmu. Ia ... pembina klub musik, kan? Ada fotomu di mejanya juga. Katanya, saat kelas satu, kamu dapat juara bermain bola se-provinsi," papar pak Ashel, "saya kagum dan bangga, kamu memiliki bakat seperti itu. Bermain gitar saja, saya sudah kewalahan."

Pria itu tersenyum samar. "Saya ... sedang tidak ingin bermain, Mister."

"Kenapa?"

"Tidak ada apa-apa, mungkin saya merasa bosan akhir-akhir ini."

Pak Ashel tersenyum kecil, menyadari bahwa muridnya ini tengah berbohong padanya. "Benarkah? Sayang sekali, padahal saya ingin mendengarnya."

"Mungkin dilain kesempatan, Mister."

Aru yang sedari tadi menguping menyadari sesuatu, kalau Fiko tengah tidak baik-baik saja, dan itu berhubungan dengan klub musiknya. Kejadian waktu itu, membuat gadis itu yakin, ada hal ganjal yang terjadi pada teman sekelasnya itu. Tapi, ia tidak berani menanyakan alasannya kenapa.

Gadis itu mengambil buku yang ternyata di simpan di rak paling atas, lalu menuju ke meja di mana ia harus menandatangani kartu peminjaman buku. Setelah selesai, ia menghampiri Fiko dan pak Ashel.

"Saya pamit pulang, Pak. Selamat sore," pamit Aru, sedikit membungkuk.

"Hati-hati di jalan," kata pak Ashel, lalu melirik Fiko. "Apa kalian pulang bersama?"

Seberang JendelaWhere stories live. Discover now